Mohon tunggu...
Koteka Kompasiana
Koteka Kompasiana Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Traveler Kompasiana

KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) Selalu dibawa kemana saja dan tiada gantinya. | Koteka adalah komunitas yang didesain untuk membebaskan jiwa-jiwa merdeka. | Anda bebas menuliskan apapun yang berkaitan dengan serba-serbi traveling. | Terbentuk: 20 April 2015, Founder: Pepih Nugraha, Co-founder: Wardah Fajri, Nanang Diyanto, Dhave Danang, Olive Bendon, Gana Stegmann, Arif Lukman Hakim, Isjet, Ella | Segeralah join FB @KOTeka (Komunitas Traveler Kompasiana) Twitter@kotekasiana, Instagram @kotekasiana dan like fanspage-nya. Senang jika menulis di Kompasiana, memberi tag Koteka dan Kotekasiana di tiap tulisan anda! E-mail: Kotekakompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Event Komunitas Online Artikel Utama

Kotekatalk-110: Ada Apa di Desa Wisata Sudaji, Buleleng, Bali?

7 Oktober 2022   07:00 Diperbarui: 7 Oktober 2022   09:58 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sabtu ini kita ke desa wisata Sudaji, Buleleng, Bali (dok.Koteka/canva)

Hi, everyone?

Masih sehat dan bahagia?

Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana sudah mengundang I Wayan Wardika, SST.Par selaku Founder Tegal Dukuh Camp, Taro, Bali untuk berbincang tentang pengembangan desa wisata di Bali dan recovery tourism. 

Bli Wayan yang 12 tahun berada di kapal pesiar betul-betul berniat untuk meninggalkan pekerjaan asyik di bidang wisata yang dijalaninya. 

Pria founder kebun kunang-kunang di Taro itu kembali ke desa dan mengembangkan potensi desa menjadi desa wisata. Dan ia berhasil.  

Buktinya, desa yang dibinanya berhasil menjadi juara satu pada lomba desa wisata Kemenparekraf RI dan mendapat penghargaan bantuan pengembangan desa serta hadiah uang tunai 70 juta. 

Jika kalian hadir pada acara Kotekatalk-109 itu dan melihat rekaman video kecantikan desa, pastinya bisa menjawa pertanyaan "Mengapa desa Taro yang menjadi juara?" Betul-betul serasa di surga dunia. Jadi program "Di Indonesia aja" akan mulus dengan kehadiran desa wisata seperti di sana. 

Tapi, mengembangkan desa wisata tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, lho. 

Pada tahun 2009, alumni  Australia-Indonesia Youth Exchange membangun komunikasi untuk memetakan team yang memiliki pengalaman, transportasi, jasa guide, jasa kuliner, toko dan lainnya, untuk berkolaborasi. Namanya saja mengembangkan, semua digali. Mulai dari SDM (manusia), SDA (alam) sampai SDB (budaya).  

Kemudian sejak 2020, di mana corona meluluhlantakkan ekonomi dan wisata dunia, membuat desa terkena dampaknya. Mulai dari WFH sampai travel from home, membuat desa kurang dikunjungi alias sepi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Event Komunitas Online Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun