Mohon tunggu...
Koteka Kompasiana
Koteka Kompasiana Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Traveler Kompasiana

KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) Selalu dibawa kemana saja dan tiada gantinya. | Koteka adalah komunitas yang didesain untuk membebaskan jiwa-jiwa merdeka. | Anda bebas menuliskan apapun yang berkaitan dengan serba-serbi traveling. | Terbentuk: 20 April 2015, Founder: Pepih Nugraha, Co-founder: Wardah Fajri, Nanang Diyanto, Dhave Danang, Olive Bendon, Gana Stegmann, Arif Lukman Hakim, Isjet, Ella | Segeralah join FB @KOTeka (Komunitas Traveler Kompasiana) Twitter@kotekasiana, Instagram @kotekasiana dan like fanspage-nya. Senang jika menulis di Kompasiana, memberi tag Koteka dan Kotekasiana di tiap tulisan anda! E-mail: Kotekakompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Event Komunitas Online Artikel Utama

Mau Tahu Situasi Pandemi di Norwegia, Islandia, serta Sekilas Oslo? Ikut Kotekatalk!

21 September 2021   07:00 Diperbarui: 21 September 2021   17:15 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita ke Oslo Sabtu ini, via Kotekatalk Zoom (Dok.Koteka)

Pembukaan dari Zoom sendiri unik karena ada menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars UNESA secara online. Yang berada di luar negeri rasanya dada mau terbang karena ada garudanya.

Acara dilanjutkan dengan sambutan ketua Koteka yang diwakili sekretaris, Gana Stegmann. Antara lain disebutkan bahwa kerja sama ini semoga menginspirasi para mahasiswa khususnya yang belajar bahasa Jerman dan jurnalistik untuk menggapai mimpi mengikuti jejak mas Hendra, menjadi jurnalis internasional. 

Kerja sama ini memang pertama kali tapi bukan yang terakhir, karena segera akan ada kerja sama lagi mendatangkan jurnalis asing dari Jerman yang bekerja di media cetak Jerman tanggal 30 Oktober 2021 nanti.

Diteruskan sambutan kedua dari wakil dekan bidang akademik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Ibu Dr. Mintowati, M.Pd. 

Ibu Dr. Mintowati mengucapkan terima kasih kepada Koteka yang menggagas acara dan terima kasih tak terhingga kepada panitia dari UNESA. Diharapkan kegiatan Zoom ini akan membawa manfaat bagi semua. 

Mas Hendra dalam presentasi tentang Bonn membuat kita sedikit membayangkan bagaimana cantiknya desa yang dulu pernah jadi ibu kota negara Jerman, sebelum akhirnya kini dipindah ke Berlin. Dengan fasilitas berskala internasional dan banyak masyarakatnya mampu berbahasa Inggris, membuat Bonn unik. 

Tentang jurnalistik, mas Hendra menegaskan bahwa banyak perbedaan menjadi jurnalis di Indonesia dibandingkan dengan Jerman. Salah satunya adalah, tidak ada budaya amplop di Jerman. Yang ada adalah para jurnalis mendapat support seperti alat dan data yang dibutuhkan. 

Lantas setiap pemilik media, yang notabene adalah yang memberikan modal untuk hidup, belum tentu boleh mengintimidasi para jurnalisnya. 

Artinya kalau penanam saham sebuah rumah sakit, dia tidak boleh memeriksa pasien, tidak boleh menyuntik karena sudah ada yang ditugasi untuk itu. Demikian pula dengan media. Sudah ada wartawan dan editor. Merekalah yang bertanggung-jawab. 

Ada lagi yang menarik, ternyata gaji jurnalis di media Jerman bukan didasarkan pada jenis kelamin tapi karena posisinya manajerial, misalnya. 

Atau bagi penyiar yang wanita, bisa saja gajinya lebih tinggi dari penyiar yang laki karena konon, banyak yang tertarik untuk menonton. Tapi itu bukan semata-mata membedakan bahwa gaji karena gender tapi karena profit yang diberikan SDM untuk media. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Event Komunitas Online Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun