Mohon tunggu...
Koteka Kompasiana
Koteka Kompasiana Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Traveler Kompasiana

KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) Selalu dibawa kemana saja dan tiada gantinya. | Koteka adalah komunitas yang didesain untuk membebaskan jiwa-jiwa merdeka. | Anda bebas menuliskan apapun yang berkaitan dengan serba-serbi traveling. | Terbentuk: 20 April 2015, Founder: Pepih Nugraha, Co-founder: Wardah Fajri, Nanang Diyanto, Dhave Danang, Olive Bendon, Gana Stegmann, Arif Lukman Hakim, Isjet, Ella | Segeralah join FB @KOTeka (Komunitas Traveler Kompasiana) Twitter@kotekasiana, Instagram @kotekasiana dan like fanspage-nya. Senang jika menulis di Kompasiana, memberi tag Koteka dan Kotekasiana di tiap tulisan anda! E-mail: Kotekakompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Event Komunitas Online Artikel Utama

Tengok Situasi Pandemi di Wilayah KJRI Frankfurt dan Sekilas Frankfurt, Yuk!

1 September 2021   07:00 Diperbarui: 1 September 2021   11:02 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Koteka Kompasiana

Hallo, everyone.

Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana bekerjasama dengan International Office UPGRIS Semarang telah menggelar Kotekatalk50 dalam zoom yang menghadirkan dubes LBBP RI Peru dan Bolivia, Marina Estella Anwar Bey, didampingi staff pensosbud bapak Arvin Harold Saskrfort Pokatong. 

Ibu dubes menjawab keingintahuan direktur IO UPGRIS Dr. Nur Hidayat tentang mengapa presiden Peru lulusan SD. Ternyata pengalaman rakyat dengan presiden sebelumnya dan kepercayaan rakyat pada anak negeri membuat pengangkatan  Pedro Castilo menjadi Peru 1 sebagai satu hal yang luar biasa. 

Pesannya "Jangan menjadi miskin di negeri kaya" tentu saja menjadikan tokoh masyarakat itu semakin dipuja rakyatnya. Peru memang kaya akan hasil ikan dan buah-buahan seperti alpokat yang dikirim ke Eropa seperti Jerman dan hal lainnya. Selain itu, Indonesia boleh berbangga hati karena perdagangan dengan Peru surplus.

Tempat wisata Peru dan Bolivia juga sangat menarik. Ibu dubes berharap bahwa perjuangan diplomasi bebas visa bisa terwujud di masa yang akan datang. 

Ini akan jadi angin segar bagi kita traveler yang suka keliling dunia tapi paling sebel kalau ribet soal visa. Selama ini jika melamar visa, pemegang paspor hijau boleh mendapatkan 2 bulan visa. Sebaliknya, orang Peru akan mendapatkan 1 bulan visa.

Satu lagi inspirasi dari ibu dubes bahwa kita harus semakin meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Jangan langsung gaya karena bisa lancar berbahasa Inggris saja. Setidaknya 1-3 bahasa asing lain harus bisa dikuasai untuk go international dan menaklukkan dunia. Peru misalnya, menggunakan bahasa Spanyol. 

Tidak banyak orang yang berbahasa Inggris di sana. Jika saja kita bisa berbahasa Spanyol, tak hanya bisa memasuki pasar negeri Machu Picchu ini tapi juga negara lain yang menggunakan bahasa yang sama.

Baik. Dari Amerika Latin, kita akan bertolak ke Eropa. Konsul Jendral Konsulat Jendral Republik Indonesia di Frankfurt, Jerman, bapak Acep Somantri sudah siap untuk menjelaskan situasi pandemi di wilayah kerja beliau yang terdiri dari 6 wilayah, yakni Baden-Wuerttemberg, Bayern, Hessen, Nordrhein Westfalen, Rheinland-Pfalz dan Saarland. 

Selain itu, karena KJRI berkedudukan di Frankfurt yang notabene adalah area bandara terpenting di dunia, beliau akan menceritakan sedikit wisata Frankfurt. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Event Komunitas Online Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun