Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Hiroglif ke Emoji

19 November 2015   19:34 Diperbarui: 19 November 2015   19:51 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi evolusi komunikasi"][/caption]

"The Oxford dictionary has announced its word of the year. It’s spelled ... Actually, it isn’t spelled at all, because it contains no letters, just a pair of symmetrical eyebrows, eyes, big gloopy tears, and a broad monotooth grin. That’s right, the word of the year is the “face with tears of joy” emoji."

Petikan di atas saya baca di sebuah artikel berbahasa asing. Setiap tahun, oxford dictionary memang merilis "word of the year". Untuk tahun 2014, kata yang terpilih adalah "vape". Yang unik dari pemenang "word of the year 2015" ini adalah... pemenangnya bukanlah sebuah kata sama sekali, melainkan ini.. --> [caption caption="emoji"]

[/caption]

Ya betul.. pemenang word of the year adalah sebuah emoji, atau gambar emosi. Kita pasti familiar dengan emoji di atas karena terdapat di hampir semua smartphone maupun social media. Aneh ya?

Saya jadi teringat salah satu pepatah barat yg mengatakan bahwa "tidak akan ada hal baru di atas tanah dan di bawah langit". Semua hal yang pernah diciptakan manusia akan muncul, hilang, muncul kembali dan hilang kembali, begitu seterusnya.

Pelajaran sejarah di sekolah dasar mengatakan bahwa (jika menurut teori evolusi), manusia modern (homo sapien) pada awalnya belum mengenal tulisan. Mereka berkomunikasi secara verbal, kemudian mereka mulai semakin cerdas untuk bisa menggambar (sama seperti lukisan di gua gua purba, contohnya di leang leang, sulawesi selatan). Dari situlah mereka mulai berkomunikasi secara visual dengan bentuk.

Lama-kelamaan, bentuk gambar-gambar tersebut mulai bisa digabungkan satu dengan yang lain dan membentuk kata dan kalimat yang bisa dimengerti orang lain, akhirnya manusia memasuki apa yang disebut jaman sejarah, masa dimana manusia mulai mengenal tulisan. Contoh tulisan tertua yang bisa diterjemahkan saat ini adalah huruf hiroglif dari mesir yang pada dasarnya adalah "gambar yang disederhanakan menjadi simbol". Bisa dibilang, "tulisan" erat kaitannya dengan kemajuan peradaban suatu bangsa karena dengan adanya tulisan, informasi, ilmu dan pengetahuan bisa dengan mudah dipelajari dan disampaikan dari seseorang kepada orang lain. 

Bentuk tulisan selanjutnya mulai berkembang tergantung peradaban masing-masing wilayah. Ada huruf romawi, arab, jepang, china, hebrew, dan lain-lain. Semuanya berawal dari induk yang sama jika ditelusuri nenek moyang huruf tersebut yaitu bentuk simbol atau gambar.

Satu hal yang unik, sebenarnya otak kita menerjemahkan huruf pun masih sebagai informasi visual. Itulah kenapa saat kita membaca, kita belajar bentuk seperti ini --> A, adalah huruf a dan bila digabungkan dengan K dan U, menjadi AKU. Mungkin itulah alasannya kenapa dosen yang hanya ngomong di depan kelas jauh lebih membosankan dibandingkan dosen yang menyajikan materi dengan slide yang menarik. Karena pada dasarnya kita sebagai manusia merupakan makhluk visual.

Kini dengan era smartphone, berkomunikasi dengan mengetik huruf dirasa semakin tidak efektif. Dulu sebelum ada aplikasi chatting, dan masih menggunakan sms dengan tarif 300 rupiah per 160 karakter, muncul yang namnya "bahasa sms", atau singkatan singkatan demi menghemat pulsa.

Sedangkan kini disaat tarif untuk chatting bisa dibilang gratis, kita pun masih merasa kerepotan. Untuk menuliskan "aku sayang kamu" misalnya. harus mengetik 15 karakter. Inilah yang mendasari munculnya emoji. Cukup munculkan gambar "bibir monyong dengan gambar hati", "aku sayang kamu" telah terwakili.

Tanpa sadar, bentuk komunikasi kita sedikit kembali ke masa-masa huruf hiroglif. Hanya saja, dengan bentuk yang berbeda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun