Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mencoba Flixbus di Eropa, Mirip Gojek tapi Bus

23 November 2020   20:23 Diperbarui: 24 November 2020   12:47 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mencoba flixbus di eropa | Foto: dok. pribadi

Traveller tidak tahu perkiraan harga tiket dan persediaan kursi. Berbeda dengan tiket kereta. Bisa jadi saat ke Bus Station buat membeli tiket, ternyata tiket sudah habis atau ternyata jam keberangkatan ke tujuan sudah lewat dan harus menunggu lama.

Dengan Flixbus, traveller tinggal men-download aplikasi Flixbus, memilih kota keberangkatan dan tujuan, memilih jam keberangkatan, membayar tiketnya menggunakan kartu kredit dan pergi ke pickup point yang dipilih. Kita juga cukup menunjukkan QR Code ke kondektur tanpa perlu mencetak apapun. 

Melalui aplikasi Flixbus kita bahkan bisa memantau lokasi di mana bus yang akan kita tumpangi. Busnya sendiri tidak terlalu berbeda jauh dengan di Indonesia karena sasis yang dipakai bis di Indonesia juga bikinan perusahaan Eropa seperti Marcedes Bens, Scania, MAN atau Volvo.

Loh kalau hanya seperti itu bukannya sama saja dengan membeli tiket bus melalui aplikasi Traveloka atau Redbus?

Nah, di situlah bedanya. Flixbus bukanlah perusahaan transportasi atau PO seperti di Indonesia. Flixbus tidak sama seperti Damri, Rosalia Indah, Raya, Nusantara atau sejenisnya. Bahkan mereka tidak memiliki satupun unit bus. 

Flixbus adalah virtual bus operator, jadi model bisnis mereka lebih mirip seperti AirBnB, OYO, atau Gojek dan Grab. Perorangan yang memiliki modal, atau perusahaan bus lokal yang menjadi mitra Flixbus.

Tugas mitra cukup mengantar penumpang ke tujuannya. Urusan pembayaran, mencari penumpang, birokrasi dan promosi menjadi urusan Flixbus.

Sebenarnya virtual bus operator di Eropa tidak hanya Flixbus, tetapi ada juga BlaBlaBus, Eurolines dan Regiojet. Tetapi branding warna hijau-orange di badan bus dan logo mereka yang lebih kekinian terkesan dinamis dan enerjik. Semuanya rata-rata menyediakan colokan charger di kursi, wifi gratis, dan bus mereka dilengkapi penghangat untuk musim dingin.

Saat menggunakan Flixbus kebayang rasanya kalau bisa diadopsi di Indonesia karena kalau dipikir skemanya tidak terlalu berbeda dengan GoCar dan Grab Car. 

Selain harga satu unit bus bisa 10x lipat harga mobil dan memerlukan driver dan kondektur, selama biaya operasional bisa tertutup dari komisi yang dibagikan, konsepnya hampir sama dengan GoCar dan Grab Car.

Jika nanti negara Uni Eropa sudah bisa dikunjungi turis kembali, tidak ada salahnya mencoba bepergian antar kota dan negara menggunakan bus, terutama bagi backpacker yang budget conscious. Harganya murah, nyaman, dan jelas memberikan pengalaman baru yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun