Mohon tunggu...
Kostan D. F. Mataubenu
Kostan D. F. Mataubenu Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi Gado-gado

Suka olahraga sepak bola Memvaforitkan LIVERPOOL. . . Sesekali melirik politik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Emosi Antiklimaks Fans Liverpool di Pertandingan Carabao Cup Liverpool vs Leicester City

23 Desember 2021   06:15 Diperbarui: 23 Desember 2021   06:28 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Liverpool kembali membuat para fans senam jantung ketika berhadapan dengan Leicester City di ajang Carabao Cup. Bagaimana tidak? Leicester City sudah unggul 2-0 lewat serangan balik mudah Jemy Vardy di menit 9 dan menit 13. Meskipun Liverpool sempat mengejar lewat gol Chamberlain di menit 19, namun seakan tidak mempan karena James Medison kembali membobol gawang Liverpool di menit 33 sehingga skor menjadi 3-1. Situasi semakin sulit bagi Liverpool untuk meraih kemenangan setelah tertinggal 2 gol. 

Bagi para fans yang tidak sabaran, hati ini seperti sedang digaruk-garuk oleh sesuatu yang tidak mengenakan. Hal ini karena Jurgen Kloop seperti tidak menghormati pertandingan ini dengan menurunkan pemain-pemain muda seperti Coumatio di bek tengah, Bradley sebagai bek sayap kanan, lalu Morton berada di gelandang bertahan. Sedangkan pemain sayap kanan diisi oleh Neco William yàng alaminya bermain sebagai bek sayap kanan. 

Komposisi pemain ini sangat tidak stabil.  Hal ini terbukti ketika gol pertama terjadi sebagai akibat dari kurangnya koordinasi yang baik antara lini tengah dan para bek. Gol ke dua dan ke tiga juga merupakan kesalahan sayap kanan dan kelemahan bek dalam menutupi kesalahan yang terjadi. Bola mudah direbut dan serangan balik sering terjadi dan membahayakan gawang Liverpool. 

Sayap kiri, pada babak pertama kelihatan lebih stabil dibanding sayap kanan. Sayap kiri diisi oleh Kostas Tsimikas dan Minamino cukup stabil dalam bertahan dan menyerang. Namun apa daya jika tidak didukung oleh kestabilan seluruh skuad. Beruntungnya di babak pertama, Keleher melakukan beberapa penyelamatan brilian. 

Jurgen Kloop menyadari perlu adanya perubahan untuk menang meskipun bagi fans yang hanya mengharapkan hal-hal instan apa yang dilakukan pelatih selalu salah sepanjang tim sedang tertinggal. Di babak ke dua, Kloop mengganti Morton, Bradley dan Coumatio sekaligus dengan Jota, Milner dan Konate. Pergantian ini memberikan kestabilan bagi Liverpool dalam hal bertahan dan menyerang. Peluang serangan balik Leicester selalu dipatahkan baik oleh gelandang maupun oleh para bek. Namun Leicester yang sudah unggul 3-1 mulai bermain bertahan untuk mempertahankan keunggulan. 

Masuknya Jota membuat serangan Liverpool semakin berbahaya. Akhirnya Jota menambah keunggulan Liverpool di menit 68 dari rapatnya pertahanan Leicester. Gol tersebut diperoleh setelah asist tak terduga dari Minamino yang piawai bermain di celah yang sempit. 

Liverpool berupaya untuk menambah minimal 1 gol lagi untuk menjaga asa lolos ke babak berikut. Namun setelah 90 menit, terlihat seperti Liverpool akan kalah dan terhenti di turnamen ini. Bahkan ketika pertandingan menyisahkan waktu 1 menit skor masih 3-2 untuk kemenangan Leicester City. Tetapi bagi para pemain Liverpool, setiap detik dalam 1 menit terakhir sangat berharga. Dan benar, seperti tidak dapat dipercaya, Liverpool berhasil menyamakan kedudukan di menit 95 lewat sepakan Minamino asist mbah Milner. Minomino seharusnya menjadi Man of The Match kalau saja pinaltinya tidak gagal. 

Itulah Liverpool. Beberapa pertandingan harus ditentukan di detik-detik terakhir. Mirip seperti film-film India. Namun film biasanya telah diseting jalan ceritanya. Pertandingan Liverpool tidak diduga-duga dari awal. Dan itulah sensasinya penikmat bola. Ketika emosi para fans dibawa dari puncak ke titik terendah kemudian diangkat lagi perlahan-lahan hingga mencapai puncak lagi dan stabil. Begitulah fans Liverpool. 

Hal sebaliknya justru terjadi bagi pemain Leicester dan para fansnya. Mereka mengulur-ulur waktu sambil berharap peluit panjang dibunyikan. Namun harapan keunggulan buyar dalam dalam waktu sekejap. Itulah kenapa mereka akhirnya kalah dalam adu pinalti karena tidak sanggup menahan emosi mereka yang mulai menuju arah negatif.

Kredit setinggi-tingginya perlu diberikan kepada Kelleher sang penjaga gawang yang menahan dua tembakan pemain Leicester City. Dia luar biasa dalam.membaca arah bola dan menahannya dengan baik untuk meloloskan Liverpool. 

Saya berharap Jota adalah penendang pinalti terakhir untuk memastikan kemenangan Liverpool dalam adu pinalti. Namun para pemain dan pelatih mungkin ingin Minamino yang melakukannya untuk mengukuhkannya sebagai man of the match. Sayangnya eksekusi pinaltinya gagal. Untungnya Keleher kembali malakukan penyelamatan dan Jota mamastikannkemenangan lewat contekannya ke sudut yang tidak bisa dijangkau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun