Mohon tunggu...
KOSIS
KOSIS Mohon Tunggu... Freelancer - dalam ketergesaan menulis semaunya

Merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pelajaran Penting dari Pandemi Bukan Hanya Imun

3 Agustus 2021   19:13 Diperbarui: 3 Agustus 2021   19:27 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setahun lebih menjalani aktivitas terbatas aku jadi lebih aware dengan kesehatan, tidurku sekarang jauh lebih cepat dari biasanya, kebiasaan mulai berubah: bangun pagi langsung nyari-nyari matahari, nyuci tangan sampe keriput, gonta-ganti masker dari yang medis dan non medis desain lucu-lucu sampe harus dobel segala udah tak coba. 

Pengap nggak? Oh ya jelasss, tapi demi turut andil dalam menyelamatkan dunia dari serangan Coronavirus disease 2019 aku ya ikhlas dan bersemangat. Kecuali masker model lukisan wajah yang kalau kita pakai seolah-olah tidak memakai masker tau kan. Bagiku melihat orang mengenakan masker itu sungguh menyebalkan.

Yang lebih menyebalkan adalah gempuran berita duka covid19 terus menerus tanpa jeda. Hal tersebut memicu kepanikan sebagian masyarakat. Bukankah kalau udah panik akan berlanjut dengan menurunnya imun dalam tubuh? Kita mesti ingat-ingat lagi petuah tuan Ibnu Sina yang belakangan mulai kembali ramai "Kepanikan adalah separuh dari penyakit", benar banget ini. 

Secara umum panik bisa kita pahami sebagai serangan yang muncul tiba-tiba oleh sebab dari rasa takut. Berarti sebenarnya kita tu harus berperang dengan rasa takut kan? Demi imun tetap terjaga.

Konon seseorang itu berani karena berpengetahuan, berarti boleh jadi takut adalah tanda tidak berpengetahuan? Make sense sih. Iya memang corona bisa menular tetapi, kepanikan lebih cepat menularnya sehingga memunculkan berbagai reaksi masyarakat aneh dan menyimpang. 

Nggak pernah terbayangkan sebelumnya, kok bisa masker dijual dengan harga selangit tidak masuk akal dan tetap di beli. Belakangan beredar pula video masyarakat rebutan susu bear brand, itu semua terjadi karena orang-orang pada takut. Ini terang saja membuat imun kita ambyar semua.

Pemerintah kala itu sempat memberi angin segar dengan mengkampanyekan New Normal sebuah skenario agar prekonomian bisa tetap berjalan, di antaranya ditujukan pada sektor pariwisata dan UMKM yang nampaknya udah pingsan sehingga perlu segera mendapat pertolongan. 

Alih-alih menyelamatkan ekonomi eh kok korban malah bertambah. Mau memaki-maki pemerintah biar plong gitu, tapi kok ya kasian. Ketidaktahuan menghadapi pandemi bikin mereka ngambil kebijakan yang memperparah keadaan. Selain kasian takut UU ITE juga sih, tu kan takut lagi imun lagi.

Sekarang ini kita memasuki gelombang kedua corona, kabar duka bergulir makin cepat, media sosial tambah sesak dengan berita kematian terus melonjak. Informasi semakin sulit dikendalikan bung.. setiap hari sirine ambulance terus memberi terror anehnya yang sakit malah nggk mau ke rumah sakit dengan alasan takut di-covid-kan masyarakat yang termakan informasi sesat juga banyak, yang bangga tidak menjalankan prokes juga ada, yang nantang ingin membuktikan corona itu konspirasi juga ada.

Sepertinya perilaku tersebut semacam cara mereka untuk mengkonter ketakutan. Jadilah tu barang, makinlah masyarakat tidak percaya dengan corona. Kayaknya mereka yang tidak percaya cenderung memiliki imun baik. Sekali lagi 'kayaknya' ini cuma hipotesa serampangan aja tidak ilmiah.

Diam-diam imanku juga mulai goyah, terbukti dengan menurunnya tingkat kewaspadaanku terhadap bayang-bayang pandemi ini. Ritual cuci tangan diganti dengan cukup hand sanitizer saja karna jauh lebih taktis walaupun kebanyakan lupanya, masker sekarang bisa dipake berkali-kali bahkan pernah sampe beberapa hari nggk diganti. Syukur aku nya baik-baik saja, apa jangan-jangan ini beneran konspirasi!!!

Sebagai masyarakat yang blass nggk tau apa-apa tentang pervirusan ini maka, manut pemertintah menurutku udah keputusan paling bener termasuk himbauan untuk tidak melaksanakan sholat jumat di mesjid, kalau yang ini sih ehm.. gimana ya.. kok jiwa-jiwa kemalasanku seperti sedang terfasilitasi oleh pemerintah he he he

Sampailah kita pada keputusan untuk pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ada embel-embel darurat nya pula, ini menggambarkan kondisi negri kita sedang memprihatinkan. Memang belakangan ini situasi menjadi jauh lebih kelam dari sebelumnya ancaman covid terasa makin dekat, sayangnya tidak berbanding lurus dengan semangat perlawanan di awal masuknya wabah ini ke Indonesia, udah kehabisan energi ni.. Ternyata mempertahankan jauh lebih sulit dari memulai bosque.

Hanya ada satu perkara yaitu jangan takut imun adalah kunci, abaikan berita terkait covid19 caranya dengan mengurangi intensitas media sosial kalau perlu dengan sangat radikal ganti aja dengan main game, netflixan, belajar nulis, apapun itu pokoknya kegiatan yang membuat waktumu habis di rumah. itu cukup mujarab untuk lupa dengan corona.

Kendatipun demikian upaya untuk tidak terpapar covid19, dengan mengabaikan informasi lalu asik sendiri, seolah situasi baik-baik saja, menutup diri dari kenyataan bahwa banyaknya korban terus berjatuhan. Sadar atau tidak, sikap seperti itu egois dan narsistik kawan.. merasa diri sendiri paling penting dan utama sehingga tidak mampu berempati. Janganlah kau lupa, sikap seperti itu tidak juga membuat pandemi ini berhenti. Kamu boleh Anosmia kehilangan indra penciuman tapi nurani jangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun