Mohon tunggu...
KOSIS
KOSIS Mohon Tunggu... Freelancer - dalam ketergesaan menulis semaunya

Merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dualisme Ruang: Kesadaran dan Penyadaran

10 November 2019   09:01 Diperbarui: 18 November 2019   22:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seni ternyata bukan hanya perihal apa yang sering kita sebut indah, lebih substansial lagi soal bagaimana mengelola dinamika seperti kejenuhan, lelah, rasa bosan dalam proses berkesenian. Kadang kala seni justru lahir dari dinamika tersebut. Hal ini tentu memerlukan ruang-ruang ekspresif untuk kemudian membuatnya tumbuh dan terus berkesinambungan

Ruang adalah Organisma. Dia tumbuh berkembang lalu kemudian mati. Sama halnya seperti manusia, maka point terpenting dalam mengelola ruang, yaitu bagaimana ia mampu mencapai rentang usia yang panjang, serta proses tumbuh dan matinya bisa dinikmati

Lalu apakah bisa ruang menghidupi dirinya sendiri?

Beberapa hari yang lalu, kami berkunjung ke Kedai Kebun Forum dan berkesempatan ngobrol langsung perihal ruang kebudayaan bersama Mbak Yustina Neni sebagai pendiri dan pengelola

Kedai Kebun Forum (KKF) adalah ruang seni alternatif di Yogyakarta yang dikelola secara independen oleh seniman, terdiri dari Galeri, Ruang Pertunjukan, Bookstore, dan Restoran.

Banyak ruang seni yang tumbuh besar, bergerak, seperti pelari cepat atau Sprint yang selalu memukau penonton. Namun sering kali kita lupa bahwa pelari cepat tentu saja jarak tempuhnya pun pendek

KKF salah satu ruang yang berusia 22 tahun. Tidak banyak ruang-ruang seni yang mampu bertahan sejauh ini. Dalam mengelola ruang Mbak Neni bersama Mas Agung ingin menikmati hidup yang panjang, tentu dengan segala Variabel persoalannya. Untuk itu mereka bekerja secara maraton atau seperti pelari jarak jauh

Berawal dari ruang pribadi kemudian menjadi ruang publik

Mbak Neni membelah ruang menjadi dua entitas bisnis dan seni untuk menghidupinya. Sehingga mau tidak mau harus ditandingkan dan dipkirkan bersama-sama

Sebagai ruang KKF dirancang dengan ukuran kecil dan maksimal. Tidak berupaya untuk menjadi besar. Mengapa demikian? Karena ruang itu harus berada dalam sekala yang bisa kita kuasai, jika tidak ia berpotensi menjadi lebih besar dan menelan diri kita sendiri. Ambisi lambat laun akan memakan orang yang mengelolanya. Itulah yang kerap kali terjadi dibanyak ruang seni di Indonesia

KKF dirancang berdasarkan pemikiran dan pengamatan yang sangat serius. Didesain menjadi ruang penghubung sekaligus titik pertemuan arus peristiwa yang terjadi. Baik di galeri maupun ruang pertunjukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun