Seni ternyata bukan hanya perihal apa yang sering kita sebut indah, lebih substansial lagi soal bagaimana mengelola dinamika seperti kejenuhan, lelah, rasa bosan dalam proses berkesenian. Kadang kala seni justru lahir dari dinamika tersebut. Hal ini tentu memerlukan ruang-ruang ekspresif untuk kemudian membuatnya tumbuh dan terus berkesinambungan
Ruang adalah Organisma. Dia tumbuh berkembang lalu kemudian mati. Sama halnya seperti manusia, maka point terpenting dalam mengelola ruang, yaitu bagaimana ia mampu mencapai rentang usia yang panjang, serta proses tumbuh dan matinya bisa dinikmati
Lalu apakah bisa ruang menghidupi dirinya sendiri?
Beberapa hari yang lalu, kami berkunjung ke Kedai Kebun Forum dan berkesempatan ngobrol langsung perihal ruang kebudayaan bersama Mbak Yustina Neni sebagai pendiri dan pengelola
Kedai Kebun Forum (KKF) adalah ruang seni alternatif di Yogyakarta yang dikelola secara independen oleh seniman, terdiri dari Galeri, Ruang Pertunjukan, Bookstore, dan Restoran.
Banyak ruang seni yang tumbuh besar, bergerak, seperti pelari cepat atau Sprint yang selalu memukau penonton. Namun sering kali kita lupa bahwa pelari cepat tentu saja jarak tempuhnya pun pendek
KKF salah satu ruang yang berusia 22 tahun. Tidak banyak ruang-ruang seni yang mampu bertahan sejauh ini. Dalam mengelola ruang Mbak Neni bersama Mas Agung ingin menikmati hidup yang panjang, tentu dengan segala Variabel persoalannya. Untuk itu mereka bekerja secara maraton atau seperti pelari jarak jauh
Berawal dari ruang pribadi kemudian menjadi ruang publik
Mbak Neni membelah ruang menjadi dua entitas bisnis dan seni untuk menghidupinya. Sehingga mau tidak mau harus ditandingkan dan dipkirkan bersama-sama
Sebagai ruang KKF dirancang dengan ukuran kecil dan maksimal. Tidak berupaya untuk menjadi besar. Mengapa demikian? Karena ruang itu harus berada dalam sekala yang bisa kita kuasai, jika tidak ia berpotensi menjadi lebih besar dan menelan diri kita sendiri. Ambisi lambat laun akan memakan orang yang mengelolanya. Itulah yang kerap kali terjadi dibanyak ruang seni di Indonesia
KKF dirancang berdasarkan pemikiran dan pengamatan yang sangat serius. Didesain menjadi ruang penghubung sekaligus titik pertemuan arus peristiwa yang terjadi. Baik di galeri maupun ruang pertunjukan