Mohon tunggu...
Kornelius Sasmito
Kornelius Sasmito Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menulis adalah refleksi yang berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Antara E dan Olahraga

12 Januari 2022   12:03 Diperbarui: 12 Januari 2022   12:09 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
E-Sport. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jamie McInall

Dewasa ini banyak kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan manusia diawali dengan huruf e di depan. Mulai dari e-commerce, e-payment, e-store, e-meeting, dan e- lainnya. Sesuatu yang sifatnya digital sudah bukan lagi maya, tetapi bagian dari hidup manusia yang riil. Salah satunya adalah fenomena e-sport di kalangan anak muda. Berkembangnya skena gim daring yang ikut dalam kompetisi resmi, membuat e-sport digandrungi banyak anak muda. E-sport sudah bukan lagi menjadi sekadar permainan untuk mendapat kesenangan ataupun sebagai fungsi rekreatif, melainkan juga menjadi sebuah profesi. Skena e-sport pun bukan lagi diakui oleh para pelaku dalam dunia gim daring saja, tapi juga oleh kompetisi olahraga resmi seperti Asian Games. Cabang olahraga ini pun sudah memiliki badan resmi yaitu IESPA, Indonesia e-sport Association. Gamers sekarang sudah tidak bisa dipandang lagi sebagai subyek yang memiliki stigma dengan segala sesuatu yang dekaden karena hobi ini sekarang sudah memiliki gambaran terang mengenai prospek ke depan bagi para pelakunya. 

Paradigma kuno dalam memandang para pegandrung gim daring barangkali adalah orang-orang yang soliter dari dunia luar, memiliki kelekatan dengan perangkat untuk bermain gim, jarang mandi, sering ke warnet, menghabiskan duit untuk pembelian gim online, dan tidak memilik timbal balik positif dari hobinya. Kini paradigma tersebut tak sepenuhnya relevan, tak sepenuhnya. Gim daring sudah menjadi ladang bisnis yang cukup menjanjikan dan memiliki skena besar. Tiap tim dari gim daring sekarang sudah terorganisir dengan baik dan bahkan memiliki gaming house masing-masing untuk menunjang kegiatan mereka. Tim-tim ini juga sering mewakili negara dalam kompetisi-kompetisi internasional. Seperti misalnya kompetisi PUBG Mobile internasional yang dimenangkan oleh tim BTR asal Indonesia pada tahun 2019, dan masih banyak lagi. Para pelaku di dalamnya pun terbilang cukup muda dan memiliki prospek panjang ke depannya. Beberapa dari mereka bukan hanya menjadi atlet e-sport namun juga menjadi streamer yang juga menjadi ladang untuk mendapatkan pundi-pundi uang.

Pro dan kontra pada beberapa orang mengenai pengakuan e-sport sebagai olahraga masih ada. Status kompetisi gim daring sebagai olahraga seringkali dipertanyakan, apalagi jika disamakan dengan cabang olahraga lainnya. Lantas mengapa e-sport masih tetap dikukuhkan sebagai salah satu cabang olahraga resmi? Menurut situs dotaesport.com, olahraga secara teknis adalah aktivitas yang melibatkan aktivitas fisik dan skill yang mana secara individual maupun tim berkompetisi satu sama lain untuk hiburan. E-sport membutuhkan kombinasi kordinasi dan konsentrasi tinggi. Gim daring membantu pemain untuk mengembangkan korrdinasi mata-tangan dan waktu reaksi. Alasan lain bahwa e-sport dinyatakan sebagai cabang olahraga resmi juga karena terdapat unsur kompetitif, sportifitas, dan unsur prestasi. Maka tak mengherankan bahwa e-sport diakui secara resmi sebagai olahraga resmi yang sama dengan cabang olahraga lain. Kita perlu merubah paradigma kuno dalam memandang gim online, mengingat bahwa e-sport dapat menjadi peluang besar bagi banyak anak muda dan mungkin generasi seterusnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun