Â
Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang menganggap ekstrim tentang tasawuf, bahkan para kaum intelektual masa kini pun ikut serta dalam mempertanyakan tentang tasawuf. tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa ajaran tasawuf merupakan ajaran yang menyimpang dan tidak segan-segan mengambinghitamkan tasawuf dengan ajaran sesat. padahal mereka mengetahui tasawuf hanya sekedar 'katanya' dari sekilas obrolan/diskusi dari golongan keagamaan yang mengaku sebagai ahli agama di lingkungannya, tetapi belum pernah menyelami bahkan merasakan sendiri bagaimana tasawuf dan seperti apa tasawuf itu.Â
 tidak berhenti sampai situ, berbagai buku-buku anti tasawuf pun diterbitkan dibeberapa lembaga penerbitan demi mengokohkan stigma buruk tentang tasawuf, sehingga seiring berjalannya waktu tasawuf pun mulai diasingkan dan mulai mengalami degradasi pemaknaan dan tidak sedikit pula para otoritas keagamaan yang memanfaatkan peluang tersebut demi meraut keuntungan pribadi.Â
Melalui secercah tulisan ini penulis mengajak para smart readers untuk bersama-sama menggunakan akal sehat yang Allah Swt. karuniakan kepada manusia, sebab dalam mahfudzot (kata-kata mutiara islam) dikatakan bahwa "tubuh yang sehat adalah berawal dari akal yang sehat".Â
Islam bukan merupakan agama doktrin dan falsafah, melainkan program hidup yang sesuai dengan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah atas penciptaan-Nya. Capaian tertinggi dalam Islam adalah adanya saling keterkaitan atau koordinasi antara spiritual dan materi atau rohani dan jasadi. Misalnya, ritual sholat dalam Islam, dimana manusia dicoba untuk selalu mengkoordinasikan dan mengkombinasikan konsentrasi spiritual dengan gerakan jasmani atau tubuh.Â
Hal ini secara jelas menggambarkan bahwa "sholat" yang kita ketahui sebagai salah satu rukun iman yang lima bukan merupakan ritual formalistik belaka, melainkan awal dari perbuatan untuk menyambungkan dengan laku perbuatan.Â
Di samping itu, Islam juga mengajarkan bahwa pengabdian secara total terhadap Allah Swt merupakan tujuan hidup yang paling mulia, tujuan ini tidak akan tercapai apabila kita masih membagi kehidupan menjadi dua bagian, yakni spiritual dan materi. Akan tetapi, keduanya harus terpadu, beriringan, dan bersama-sama dalam kesadaran maupun tindakan, hal inilah yang dinamakan dengan tasawuf.
Para intelektual Muslim khususnya di bidang tasawuf sendiri selalu mengatakan bahwa masa ke-emasan tasawuf adalah pada abad ke 3-4 H. Mereka lupa bahwasannya perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarluaskan Islam ketika di Mekah dan Madinah merupakan puncak perilaku sufistik. Secara pandangan ilmu pengetahuan Tasawuf  memang benar mengalami kejayaan ketika abad ke 3-4 H.
 Namun, pada hakikatnya tasawuf itu sendiri bukanlah ilmu pengetahuan, kumpulan teori-teori, dan bukan pula sebatas wacana dan konsepsi teologis. Melainkan, hidup yang terus-menerus berhubungan dengan Allah dan selalu mesra dengan-Nya.
Tasawuf sendiri bukan merupakan hal yang baru dalam Islam. Namun, tasawuf menjadi dasar ajaran Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa perilaku sufistik merupakan tradisi dari sifat nabi Muhammad yang dijaga turun-menurun. Akan tetapi, lama-kelamaan kaum sufisme menjadi kaum minorotas karena banyaknya umat Islam yang hanyut akan gemerlapnya dunia. Istilah tasawuf baru pupuler pada abad 3 H, karena sebutan sahabat dan tabi'in  lebih mulia dari pada sebutan lainnya.
Inti Ajaran Islam: Islam, Iman, dan Ihsan