Mohon tunggu...
Kopi santri
Kopi santri Mohon Tunggu... Lainnya - Berpeci pecinta kopi

Membaca atas nama Tuhan, Menulis untuk keabadian, Bergerak atas dasar kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Al Qur'an dengan Akal Sehat

25 Mei 2021   23:37 Diperbarui: 25 Mei 2021   23:48 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: Tuhan Maha Asyik 2

Afala Tatafakkarun

Manusia pada dasarnya adalah makkhluk Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Mengapa itu bisa terjadi? Apakah memang Tuhan itu tidak adil dalam penciptaan-Nya? Tentu saja tidak! Justru itulah keadilan Tuhan sebagai pencipta sekaligus yang mengatur seluruh makhluk ciptaan-Nya. 

Oleh karena itu, manusia yang sebagai asistennya Tuhan ditugaskan untuk menaburkan kesejahteraan sifat-sifat agung-Nya untuk alam semesta. Karena potensi yang ada pada manusia itu sendiri adalah "akalnya" sebagaimana dituliskan dalam surat Ali Imran ayat 190., 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir." (QS. Ali Imaran:3:190). Demikianlah hal yang membuat manusia berbeda dari makhluk lainnya. Sehingga Allah Swt. mempercayakan kesejahteraan dunia pada manusia itu sendiri dan menunjuk manusia sebagai pemimpin atau dalam bahasa arab disebut Khalifah di muka bumi, hal ini disitir dalam Al-Qur'an pada surat Al-Baqarah ayat 30.

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan Khalifah di Bumi..." (QS. Al-Baqrah:2:30).

Berbicara tentang pemimpin atau Khalifah tentu tidaklah asing ditelinga kita, bahkan dalam hadis Nabi pun dituliskan bahwa setiap diri dari kita adalah pemimpin, dan pemimpin akan dimintai tentang sebuah pertanggungjawaban. Dari hal ini dapat kita pahami bahwasannya menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah, tetapi sesulit apapun dalam menjadi pemimpin yang terpenting adalah kita mampu menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri.

Dewasa ini begitu banyak problem bermunculan tentang kekacawan/kerusakan yang justru seringkali diperbuat oleh kesalahan manusia. Apakah memang benar fungsi khalifah atau pemimpin yang Allah maksud itu sebagai pembuat kerusakan di muka bumi? Jika benar demikian lantas mengapa harus ada imbalan jasa surga dan neraka? Apakah surga dan neraka yang dibicarakan itu hanyalah fatamorgana atau hayalan belaka? 

Jika memang demikian pula bahwa manusia diciptakan sebagai perusak di muka bumi, lantas mengapa Tuhan memiliki sifat-sifat Agung yang secara substansinya justru berbanding terbalik dari unsur perusak? Lantas mengapa Tuhan seringkali menyinggung bahwa manusia harus menggunakan akalnya?

Atas dasar itu kita perlu berkontemplasi bersama terkait apa tujuan manusia diciptakan, dan mengapa Tuhan selalu mengkampanyekan tentang akal dalam Al-Qur'an yang mana manusia harus menggunakan akalnya untuk memahami setiap lika-liku kejadian dalam kehidupan? 

Lebih lanjut, selain akal, kelebihan apa lagi yang dimiliki oleh makhluk Tuhan bernama manusia ini? Kemudian bagaimanakah fungsi atau mekanisme menggunakan akal pada diri manusia? Sehingga umat manusia masa kini bisa mengetahui jati dirinya dan mengimplementasikan sifat-sifat agung Tuhannya.

Barangkali inilah yang pernah diriwayatkan Nabi bahwa barangsiapa yang mengetahui dirinya, maka ia mengetahui Tuhannya. Dan mekanisme atau pun cara untuk mengetahui diri-sendiri yaitu dengan memahami fungsi akal terlebih dahulu. Sehingga dari akal yang dimiliki manusia bisa memahami pesan tersirat dan tersurat dari Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun