Sejak bulan maret kemarin, dunia mulai digegerkan dengan makhluk imut dan tengil bernama Corona Virus Disease atau orang sering menyebutnya dengan Covid-19. Seiring berjalannya waktu virus ini pun mulai merebak dan berkelana ke penjuru dunia. Menutup berbagai kegiatan manusia.
Banyak kegiatan mulai tersendat dan mulai terhambat. Mempersulit aktivitas pertemuan sosial bahkan membuat orang-orang merasa terpuruk dengan keadaan yang dalam ilmu psikologi disebut teralienasi.
Seorang Psikolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa mengungkapkan, kondisi pandemi virus corona ini memberikan tiga efek psikologis bagi seseorang, yakni krisis, uncertainty (ketidakpastian), dan loss of control.Â
Di Indonesia sendiri, sudah lebih satu setengah tahun melaporkan adanya kasus virus corona Covid-19 setelah pasien 1 dan 2 diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu. Sebagai upaya menghentikan laju penyebaran virus, masyarakat diminta berdiam di rumah dan mengurangi kegiatan di luar rumah.
Hal ini pun semakin memperkuat komunitas kaum rebahan dengan dalihnya "Karena kuselow, ingin selow, santai... hidup santai, muda poya-poya tua kaya, mati masuk surga".
Akan tetapi, nampaknya semakin hari dalih seperti ini tidak bisa dipertahankan, ketika mereka terpenjara dalam ruangan. Kejenuhan perlahan dirasakan, kewaspadaan bekal menikmati hari esok mulai bermunculan, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan selain rebahan, rebahan dan rebahan.
Tatapan kosong mulai tampak, candu dengan gadget pun tidak bisa terbendung, larut dalam jebakan media sosial yang membombardir alam bawah sadar mereka. Selain itu, membatasi pertemuan dan hanya tinggal di rumah dalam waktu lama tentu berpengaruh juga pada kesehatan mental sebagaimana yang disampaikan seorang psikolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS).
Meskipun demikian, tidak sedikit pula yang masih bisa menjalani aktivitasnya dimasa pandemi dengan cukup baik. Mereka justru menjalani hari-harinya seperti biasa-biasa saja tanpa tekanan batin yang mampu mereduksi akal sehat.
Tentunya para pembaca yang budiman sedikit merasa heran, kan? Atau mungkin muncul pertanyaan "Kok bisa dalam kondisi seperti ini mampu menjalani aktivitas seperti biasa tanpa mengalami depresi yang cukup rumit?" atau mungkin pertanyaan-pertanyaan lain  yang membuat pembaca penasaran dengan pola/gaya hidup mereka.
Tapi, tidak perlu khawatir di sini penulis akan berbagi dan bercerita beberapa tips yang dilakukan oleh Mahasiswi dari jurusan Tasawuf dan Psikoterapi yang tetap semangat menjalani hari-harinya meskipun dikondisi pandemi.
Menulis Hal-hal Positif