Pendidikan Karakter Santri Pecinta Alam

Walaupun Sapala masuk kawasan ekstra kurikuler, kepecintaalaman pondok pesantren sudah saatnya bangkit dari hibernasi serta perlu ditingkatkan, baik dari segi kegiatan, prestasi ataupun perannya di masyarakat. 

Negara juga telah berusaha menangani serius untuk pendidikan karakter ini. 

Hal tersrbut dilakukan dengan harapan pendidikan karakter dapat dan mamou menjadi pemecah kebuntuhan untuk kelesuan watak dan moral bangsa. 

Negara berkampanye dengan 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter. Namun, kenyataannya 18 butir itu sangat sulit diajarkan.

Hal ini bisa saja terjadi karena karakter sulit membekas. Seharusnya itu terbangun dan bermula dari kebiasaan yang diampu di lapangan untuk kemudian menjadi sikap keseharian.

Salah satu caranya adalah menjadi pegiat ekstrakurikuler pencinta alam, dalam artian, Sapala nantinya akan berguna dalam proses mendidik karakter santri untuk menjadi lebih disiplin. 

Sudah saatnya Sapala dilatih agar tangguh fisik dan psikis dalam menghadapi dinginnya puncak gunung, gelapnya goa, ganasnya arus liar, lebatnya hutan rimba, seramnya rawa serta liarnya ombak lautan. 

Semua ketangguhan karakter tersebut berguna untuk melatih keuletan melewati hambatan alam saat belajar, dakwah dan kerja.

Di tengah kebingungan platform bagi kepecintaalaman Sapala, akhirnya lahir NU Backpacker yang beranggotakan anak-anak muda NU yang berhobi petualangan alam bebas.

Kelahiran NU Backpacker dapat diapresiasi sebagai tanda kebangkitan Sapala di Indonesia. 

Betapa bahagianya roh Sapala yang tergambar pada komunitas NU Backpacker ini, saat mereka melakukan peresmian di Batang, Jawa Tengah, pada Desember 2018 silam.