Mohon tunggu...
Dani Setiawan
Dani Setiawan Mohon Tunggu... -

Free edukasi bagi yang tertarik belajar investasi di pasar modal Indonesia melalui reksadana dan saham

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengapa Investasi di Pasar Modal Indonesia Belum Populer?

19 Oktober 2017   12:00 Diperbarui: 16 November 2017   09:42 2695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indeks Literasi Keuangan | Sumber: dok.pribadi

Mengapa investasi di pasar modal belum populer?

Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang gaya hidup konsumtifnya mungkin tidak aneh jika tidak punya investasi di produk perbankan seperti deposito. Sebagian lagi ada yang suka investasi yang berupa barang seperti properti, emas dan sebagainya. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sebagian besar memang sudah mengenal produk perbankan tabungan deposito dan tabungan. Masyarakat awam yang punya uang lebih biasanya cukup menabung di bank dan berinvestasi di deposito. Tahukah anda jika uang anda cuma sedikit menyimpan dibank malah bisa tergerus habis oleh biaya bank. Begitu juga deposito terkadang masih menjadi andalan investasi bagi sebagian masyarakat. Padahal ada sebuah produk pasar modal yaitu reksa dana pasar uang ternyata secara rata-rata mampu mengalahkan return dari bunga deposito bank Anda selama ini. Selain itu masih banyak pilihan investasi seperti saham yang punya return tinggi tetapi walaupun ada resiko.

Silakan baca referensi berikut

Jika berbicara tentang investasi ada saja sebagian masyarakat Indonesia yang tertarik investasi bodong, apalagi dibandingkan dengan investasi di pasar modal masih kalah populer. Tergiur dengan keuntungan yang fantasis dan cepat, tidak jarang berani ambil resiko dengan uang besar masuk ke sebuah investasi yang tidak legal dan endingnya pun berakhir dengan kerugian besar. Ironisnya jumlah korban investasi bodong lebih banyak dari total jumlah investor di pasar modal (sekitar 1 juta orang) dan tiap tahun selalu muncul kasus baru investasi bodong. Status sosial korbannya pun bermacam-macam dari mulai kelas bawah sampai atas, pendidikan yang sudah sarjana atas pun ada saja yang terjerat kasus investasi bodong.

Walaupun gaya hidup konsumtif terkadang masih dominan, ada sebagian masyarakat yang sadar untuk memulai investasi melalui produk perbankan, unit link dan lainnya. Tetapi mengapa investasi di pasar modal belum bisa menarik banyak investor? Jika dibandingkan jumlah penduduk Indonsia dengan investor pasar modal belum mencapai 1%, sementara negara seperti Singapura dan Malaysia jumlah investor sudah lebih banyak daripada Indonesia.

Penyebab tertinggalnya investasi di pasar modal bisa dilihat pada Indeks literasi Keuangan 2013-2016.

Data tersebut memperlihatkan pasar modal berada di paling kecil dibandingkan dengan perbankan yang berada posisi paling atas. Walupun sosialisasi yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia seperti program Yuk Nabung Saham mulai berhasil menjaring investor khususnya generasi millenial untuk berinvestasi di pasar modal. 

Untuk masyarakat yang surplus kasnya umumnya masih konservatif dan berorientasi pada konsep simpanan seperti tabungan dan deposito. Sisi lain ada masyarakat yang mempunyai minat untuk berinvestasi tetapi dengan literasi keuangan yang masih rendah maka dengan mudah bisa terjebak kasus investasi bodong. Selain itu mental ingin cepat kaya, ingin dapat keuntungan besar dalam waktu singkat, berinvestasi instan tanpa harus susah payah belajar dan memahami karakteristik suatu produk investasi membuat produk investasi bodong terus bertahan dan muncul dengan inovasi barunya.

Untuk menjaring investor di pasar modal para regulator ( BEI, OJK), para praktisi pasar modal (Sekuritas, Asset Manajemen dll) terus melakukan sosialisasi dan edukasi memperkenalkan produk investasi di pasar modal.

Ingin coba berinvestasi di pasar modal? Yuk dapatkan edukasinya gratis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun