Mohon tunggu...
Elly Nagasaputra MK CHt
Elly Nagasaputra MK CHt Mohon Tunggu... Administrasi - Konselor Pernikahan dan Keluarga

Konselor Profesional yang menangani konseling diri, konseling pra-nikah, konseling pernikahan, konseling suami istri, konseling perselingkuhan, konseling keluarga. www.konselingkeluarga.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pasangan Saya Tidak Mengerti Kebutuhan Saya, Lalu Bagaimana Saya dan Anak-anak?

11 Mei 2017   18:43 Diperbarui: 15 Mei 2017   16:38 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu bagaimana menyikapi pasangan dengan kecenderungan tersebut? Seorang workaholic atau si penggila kerja menganggap pekerjaan adalah sesuatu yang menyenangkan dan bukan sebuah beban.

Seorang workaholic juga kerap tak memiliki hobi. Malah bisa jadi, pekerjaan yang digeluti adalah bagian dari hobinya. Maka tak heran, seorang workaholic tak peduli jika bekerja lebih dari delapan jam sehari.

Sialnya, kadang kita ‘berjodoh’ dengan tipe manusia seperti itu. Jika sudah begitu, ajak bicara baik-baik mengenai skala prioritas. Katakan dari awal, jika seorang workaholic memutuskan untuk berumah tangga, memiliki pasangan dan keluarga, maka orang tersebut harus menyadari jika prioritas hidupnya akan berubah.

Pekerjaan, dengan sangat terpaksa harus turun tepat di bawah kepentingan keluarga. Karena ketika memutuskan untuk berumah tangga, ada prioritas-prioritas baru yang harus dimasukkan dalam daftar hidup.

Intinya, adalah akan sangat baik jika pasangan workaholic perlu diberikan kesadaran sebelum memutuskan untuk menikah. Ini akan lebih baik dan lebih aka ada perubahan dibanding memendam rasa kesal selama bertahun-tahun dan menuntut untuk dijadikan prioritas oleh pasangan.

Meski begitu, Anda juga tidak bisa menuntut pasangan untuk menurunkan skala prioritas pasangan tentang ‘kerja’ dari urutan satu menjadi ke nomor sepuluh. Setidaknya, buat pekerjaan ada pada prioritas ketiga setelah relasinya dengan Tuhan YME lalu dengan Anda dan keluarga.

Kapan waktu yang tepat untuk menuntut perhatian pasangan? Tentunya cari waktu yang baik dan ucapkan dengan lembut. Singkirkan emosi dan praduga ketika mengajak pasangan ‘berkompromi’ masalah prioritas. Anda perlu cari tahu landasan utama mengapa Ia sibuk bekerja. Jika perlu, buat kesepakatan tentang hari di mana Ia memberikan 100% waktunya untuk keluarga. Misal disepakati bahwa Minggu adalah waktu untuk pasangan dan keluarga sehingga pada hari itu si pasangan workaholic dapat komit untuk tidak memegang gadget atau duduk didepan meja kerjanya.

Namun hal diatas tersebut mudah dikatakan tapi sesuai pengalaman saya maka Anda akan sangat sulit mempraktekan hal tersebut. Karena perkatangan dan nasehat dan himbauan pasangan biasanya hanya akan didengar, masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan tanpa ada perubahan berarti dalam hidup sehari-hari.

Atau mungkin berubah, seminggu dua minggu lalu kembali lagi ke kebiasaan semula. Itu lah sebabnya Anda akan membutuhkan bantuan Konselor Pernikahan Profesional yang dapat mementor, mengcoaching dan membimbing setahap demi setahap dengan metode yang kami miliki di Konseling Keluarga sehingga perubahan yang dialami dalam hidup sehari hari adalah NYATA dan bersifat PERMANEN JANGKA PANJANG. Bukan hanya perubahan yang sementara saja karena si pasangan ngomel-ngomel dan melelahkan pendengaran si workohalic terssebut. Bukan untuk menyenangakan pasangan secara sesaat.

Sehingga jika Anda sudah membicarakan dengan pasangan namun masih belum ada perubahan signifikan sesuai yang Anda inginkan maka langkah bijaksana yang Anda (jika ingin menyelamatkan rumah tangga) lakukan adalah mencari Konselor Pernikahan yang Profesional seperti yang saja jelaskan diatas tadi.

Dalam sesi konseling secara professional dengan saya,  anda dan pasangan bisa datang, berbicara dan yang terpening tujuannya  adalah menemukan jalan keluar yang PERMANEN dan BENAR BENAR DIAPLIKASIKAN dalam kehidupan berubah tangga sehari-hari. Bukan hanya teori tapi nol dalam aplikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun