Mohon tunggu...
Eris Munandar
Eris Munandar Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnal

Saya suka melihat hal hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ulangan Anies-Sandi

28 September 2022   10:52 Diperbarui: 28 September 2022   11:05 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: KOMPAS.COM

Partai Gerindra mendukung penuh ketika pasangan Anies-Sandi  maju pada Pilkada serentak untuk wilayah DKI Jakarta pada tahun 2017 silam.

 Kala itu Pesaingnya adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat diurutan pertama. Sedangkan, pasangan Cagub-Cawagub nomor urut dua ialah Agus Harimurti Yudhono (AHY)-Sylviana Murni.

Pasangan Anies-Sandi berada pada urutan nomor ketiga dan hanya didukung 2 partai (Gerindra-PKS). Sementara lawan alotnya yaitu Ahok-Djarot didukung empat partai sekaligus (PDI-P, Golkar, Hanura,Nasdem) bahkan saat itu Ahok merupakan lawan politik berstatus incumbent sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Baca juga: Berita Implusif

Sama halnya dengan pasangan AHY-Silvy didukung oleh 4 Partai yaitu Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan. Namun sialnya pasangan ini harus tersingkir pada putaran pertama.

Diluar dugaan, Pasangan Anies-Sandi, menjadi pemenang Pilgub DKI Jakarta 2017 pada putaran kedua Pilkada. Muncul dugaan terjadi kecurangan dalam perhelatan Pilkada 2017. Saat itu. Salahsatunya Ahok, sebagai lawan politik yang tak mau tinggal diam.

Kala itu, mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok seperti sedang mendapatkan cobaan secara bertubi-tubi. Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama, setelah kalah  Pilkada diputaran kedua dan langsung ditahan di Mako Brimob.

Usai bebas. Secara gamblang,  Ahok membongkar kesaksiannya soal Pilkada DKI Jakarta 2017 yang dinilainya penuh kecurangan.

Baca juga: Dewan Guyonan

Terlepas dari itu. Drama kembali terjadi, usai Anies -Sandi ditetapkan sebagai pemenang. Tidak lama kemudian, masuk pada tahapan pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2019. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memutuskan untuk maju pada putaran Capres-Cawapres.

Kisah ini mengingatkan publik saat pasangan Jokowi-Ahok memimpin DKI Jakarta. Bedanya yang pergi meninggalkan kursi jabatan adalah Gubernurnya. Sehingga secara otomatis sang Wakil naik mejabat jadi Gubernur.Iya benar itulah awal mula Ahok jadi Gubernur DKI Jakarta.

 Prabowo Soebianto berpasangan dengan Sandiaga Uno. Lawannya adalah Jokowi-Ma'ruf. Yang berujung dengan kekalahan kedua kalinya bagi Prabowo dan untuk pertama kalinya bagi Sandi. Itu berarti drama ini sudah hal yang kedua kalinya dan mungkin bisa jadi terakhir kalinya terjadi dimana DKI Jakarta mengalami kekosongan jabatan kepala Daerah.

DKI Jakarta kala itu hanya dipimpin oleh Gubernur yaitu Anies Baswedan. Namun, Setahun kemudian, Ahmad Riza Patra dipilih untuk mengisi kekosongan tersebut pada tahun 2020.

Jadi gini, isu nama Anies-Sandi saat ini kembali mencuat ke Publik. Mereka disebut sebagai pasangan yang cocok untuk menjadi Capres-Cawapres pada 2024 mendatang. Meski demikian, belum ada tanda-tanda kesepakatan yang nampak seperti dikisahkan pada Pilkada tahun 2017 silam.

Jika iya, seperti yang kalian sudah tahu. Sandiaga Uno adalah kader partai Gerindra. Dimana anda tahu, bahwa satu-satunya bakal calon Presiden yang diusung partai Gerindra adalah Ketua Umum Partai Gerindra yaitu Prabowo Soebianto.

Hal itu tampak tak mungkin terlaksana. Jika Sandi masih bertahan di partai berlambang burung Garuda itu. Iya bisa saja tidak. Kecuali, Sandiaga Uno pindah partai. Maka kisah Anies-Sandi 5 tahun silam bakal kembali terulang. Umumnya, dalam dunia politik tak ada yang tak mungkin.

Tentu Publik akan mempertanyakan keseriusan pasangan ini jika kembali dicalonkan untuk berpasangan. Jika menilik kinerja Anies. Ia  dapat disebut menyelesaikan secara tuntas tugasnya sebagai gubernur Jakarta. Apakah itu bagus? Belum tentu.

 Namun jika disandingkan dengan masa kerja  kepemimpinan sebelumnya, sangat ada perbedaannya. Jokowi ataupun Sandi dinilai  hanya menjadikan kursi Gubernur dan Wagub DKI Jakarta sebagai batu loncatan. 

Namun perlu diingat semua pertanyaan akan terjawab pada tahun politik sebenarnya yaitu 2023 yang akan datang.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun