Mohon tunggu...
Eris Munandar
Eris Munandar Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnal

Saya suka melihat hal hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berita Implusif

26 September 2022   04:06 Diperbarui: 26 September 2022   06:44 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pexelabs/grafis Eris

Perhatian, Artikel ini hanya untuk yang suka membaca.

Saya bagian dari penyuka berita ringkas, cepat, tepat. Alasannya, kerap timbul rasa malas saat  membaca berita yang berputar-putar. Ditambah lagi, halamannya dibuatsecara terpisah.

Namun, ada juga media yang sengaja bertele-tele untuk membuat penasaran, yang ujung-ujungnya isi dan judul tidak serasi. Tujuannya, agar tautan mereka diklik atau dikunjungi itu dinamakan clickbait.

Baca juga: Serba Disetrum

Seiring waktu, Masyarakat sekarang lebih suka menyimak daripada membaca. Seperti nonton video singkat, membaca berita ringkas bergambar (infografis).

Terkini, banyak audiens yang tak lagi memperhatikan  keaktualan informasi yang dilihatnya. Ketika pun melihat judul, tidak  baca isi pun bisa langsung percaya, itu tahapan kebiasaan bagi pengguna media sosial. Trendnya begitu malas membaca. Mungkin hanya sebagian orang saja yang berniat untuk membaca.

 Namun di jaman serba digital saat ini, untuk posting informasi sangatlah mudah, begitu juga mendapatkannya.

Begitu juga dengan dua macam cara ini juga harus diperhatikan, untuk mendapat perhatian audien. Media mepunyai pilihan sendiri. Menampilkan berita yang sangat bagus dan berkualitas. Atau menyajikan berita yang menarik, walau tidak terlalu bagus, tapi tetap disukai.
Menyajikan berita Implusif, menurut saya pribadi telah menjadi trend yang menjamur. Seperti yang sudah dibahas artikel sebelum ini. Audien sekarang menyukai hal yang ringkas dan mudah untuk dimengerti. Medianya adalah Media sosial.

Baca juga: BBM Urgensi

Media Massa, cetak, elektronik dan online yang memilih tetap mepertahankan ideologi tidaklah salah. Dan itu sungguh mempunyai nilai Plus tersendiri. Namun, perlu disadari, saat ini era digital yang serba cepat, bahasa trennya sat set sat set posting. Jika tidak mau mengikuti, media konvensional akan tertinggal jauh. Maka secara perlahan tidak ada yang peduli.

Jadi gini, media yang tetap mempertahankan idealis akan perlahan bangkrut dan tersingkir. Tapi saat ini banyak media yang menyerah lalu mengikuti keinginan pasar. Memberitakan hal yang sesuai permintaan pasar, hasilnya tetap bertahan mendulang cuan, namun jurnalisme mereka telah mati.

Kecepatan dan update juga sangat penting sehingga pengikut akan menyukai dan percaya terhadap media tersebut. Jika lambat dan usang, maka wasalam.

Terlebih jika memang ada penyokong dana yang besar dibelakangnya, silahkan saja, idealisme, low respon  atau tetap memberitakan hal yang berkualitas. Namun, perlu diingat, mereka ini (pendana) dapat mengontrol media massa untuk kepentingan donatur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun