Mohon tunggu...
Eris Munandar
Eris Munandar Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnal

Saya suka melihat hal hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

BBM Urgensi

20 September 2022   22:52 Diperbarui: 21 September 2022   00:46 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO: Dok. Pertamina

Keluhan kalian tak akan didengar! senasib dengan saya.  Saya bukan pemerhati, tapi  sesekali mengamati tindakan dari  kebijakan Pemerintah yang bongkar muat kepentingan politik.

Pemerintah terus berdalih untuk menyematkan rakyat. Dari menarik subsidi,hingga melakukan penyesuaian harga bahan bakar Minyak (BBM). Tapi lebih menarik diistilahkan menjadi Bongkar Bungkam Muat (BBM)  Urgensi

Dikritik Percuma!, jika didemo para aparat negara dengan sigap menghadapi rakyat. Seakan lupa, mereka sebenarnya lahir dari mana. Bahkan, parahnya lagi, ada juga rancangan  tim penyusup yang membuat unjuk rasa bersuasana  keruh. AHHhh! mebosankan bukan.

Baca juga: Honorer Jadi PNS

Muak iya, saya akui itu, mungkin juga ada yang tak setuju dengan pernyataa itu. Tapi ingat saya disini hanya rakyat kecil yang masih punya rasa takut bersuara lantang. Saya tidak punya kemampuan untuk berada langsung di senayan, saya juga tidak tertarik layaknya jadi tokoh elit kalangan Partai yang berkoar janji ini, itu untuk meminta simpati rakyat.

Kebijakan perihal kenaikan harga BBM memang kerap menjadi bahan politik. Bahan untuk memantik kemarahan rakyat. Padahal, Pemerintah sudah tahu resikonya. Tapi masih tetap melakukannya. Tak mungkin itu tanpa tujuan. Namun apakah itu Pro rakyat atau hanya skenario untuk menimbulkan sesosok  Pahlawan?.

Isu kenaikan BBM benar terjadi, Isu Penghapusan Daya 450 Watt tengah mencuat. Lalu dibatalkan lagi. Hal itu  kerap terjadi pada tahun politik. Saya mulai mencoba pintar, jika mengikuti skenario yang bikin pusing. Mending saya ikuti aturan Pemerintah.

Tapi hal itu benar- benar bikin susah. Perlahan semua pengeluaran  mulai naik, semua harga barang di dapur tak menentu, masalahnya pendapatan tetap saja begitu, bahkan PHK terjadi di perusahaan besar.

Baca juga: SBY Ambil Posisi

Isu BBM ini memang 'hangat tai ayam' di Parlemen. Ada yang setuju, bahkan ada yang lantang menolak. Tapi itu hanya sebagian saja. 'Kebodohan' publik dimanfaatkan Parpol untuk mulai ambil peran. Rakyat jelata hanya pasrah. Wakil rakyat 'ngurusi' keharmonisan rumah tangga orang yang sudah makmur.

Wakil rakyat, yang harusnya membela kepentingan rakyat jelata, seolah kini lebih memilih untuk memperjuangkan kepentingan partai. Yang besar Diam. Yang kecil mencari panggung. Yang terlupakan melontarkan janji.

Saya suka ada Demo!, mereka mewakili rakyat untuk tidak diam.

Saya suka dengan ada yang menolak, tapi tetap saja itu tidak memuaskan!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun