Kuputar lagi memori. Waktu langit
terbelah. Di bawah cambuk Tuhan.
Aku duduk menunduk.
Buku di pangkauanku.
Sedang pikiranku terbang.
Bersama angin yang mengamuk.
Lalu kau datang mendekat.
Menarik kursi lantas duduk.
Di sampingku diam-diam.
Langit meraung. Semakin
lama. Semakin kuat.
Maka kudongkakkan kepala. Pada
cambuk. Berkilat-kilatkan cahaya.
Kau pun beranjak.
Ke depan jendela.
Berdiri tegak.
Dan cahaya meledak.
Di depan mata kita.
Barulah kusadari, Ibu. Sudah lama.
Rasanya tidak. Kupandang punggungmu.
Barulah kusadari, Ibu. Ada rindu.
Yang menyisir. Ujung-ujung rambutku.
Maka kutundukkan kepala.
Memahami sinyal semesta.
Akan kerinduanmu.
Langit kembali menderu.
Tanda ia setuju.
Pekanbaru, 14 Februari 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!