Mohon tunggu...
Komunitas Penulis Berbalas
Komunitas Penulis Berbalas Mohon Tunggu... Guru - Berbalas puisi, cerpen, dan kanal lainnya

Email: komunitasp582@gmail.com Berbalas puisi, cerpen, dan kanal lainnya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Secangkir Kopi

1 Maret 2022   05:25 Diperbarui: 1 Maret 2022   05:29 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Engin_Akyurt dari pixabay

Ditulis oleh Wardah Sawitri Polem

Pagi ini, ibu menyeduh dua cangkir kopi
Secangkir kopi untuknya dan secangkir kopi spesial dengan sedikit gula, kesukaan ayah
aat senja tiba, kopi spesial itu selalu berakhir menyatu dengan tanah ditaman kecil belakang rumah kami,
Kopi basi yang malang, selalu berakhir sama, dua tahun sudah

Aku terus bertanya, apakah cinta memang sepelik ini? 

Tapi kawan, setiap ibu menyeduh kopi spesial kesukaan ayah, hadir senyuman hangat dari bibirnya,
Wajahnya begitu ceria,
Layaknya ia sedang menikmati kopi sambil bercanda ria dengan ayah

Aku kembali bertanya, apakah cinta memang seindah ini?

Raga ayah memang sudah tak disini,
Tapi jiwa ayah selalu hidup
dalam setiap cerita yang dikatakan ibu
dalam setiap kegiatan yang dilakukan ibu
dan dalam hati kami dan ibu

Jiwa ayah, akan selalu hidup

Tanya ku terjawab, dulu ku kira cinta berarti tak pernah pergi meninggalkan,
tapi kini aku tau, cinta artinya tak pernah berpisah walau maut telah memisahkan.

***
Profil Wardah Sawitri Polem

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun