Mohon tunggu...
Feb Widya
Feb Widya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme adalah Fitrah

1 Agustus 2018   05:54 Diperbarui: 1 Agustus 2018   06:09 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayidina Ali pernah mengatakan bahwa salah satu tanda kemuliaan seseorang adalah tangisannya atas apa yang telah berlalu dan kerinduan pada tanah air.

Apa yang dikatakan oleh Sayidina Ali pasti bisa dipahami oleh orang Indonesia yang merantau jauh ke negeri orang. Pada titik itu seseorang yang jauh dari tanah lahirnya akan merasa kerinduan pada lingkungan yang membesarkan; yang membuat dia tumbuh sehingga menjadi seperti sekarang.

Pada lingkungan itu, seseorang berinteraksi dan diengaruhi oleh orang-orang yang mencintai dan memperhatikannya. Mulai dari orang tua, saudara kandung, tetangga dan sanak yang tak jauh dari rumah. Juga teman-teman sepermainan, teman-teman di sekolah, para guru dan sahabat yang kita kenal seiiring pertumbuhan kita. Kita juga dipengaruhi dan dekat dengan teman-teman ngaji kita di masjid dan sanak yang sering datang berkunjung.

Orang-orang dan lingkungan yang kita sebutkan di atas adalah  hal yang paling layak dan wajib kita sayangi dengan sepenuh hati. 

Kita mencintai mereka dan sebaliknya juga begitu. Sehingga keliru jika dalam perkembangannya, kita jauh dari mereka bahkan tidak memperhatikan mereka dengan baik.  Lingkungan terdekat adalah intan yang harus kita sayangi dan pelihara.

Ini adalah analogi kita terhadap bangsa dan negara. Bahwa kita wajib untuk menyayangi negara,bangsa ; lingkungan terdekat kita karena negara telah memberi kesempatan pada kita untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan passion. Mereka juga mengajarkan bagaimana berjuang, dia memberi kesempatan untuk berjuang.

Jika kita perhatikan ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang besarnya kesabaran dan derita hijrah  yaitu dengan memahami bahwa Rasul begitu mencintai Mekah sebagai tanah airnya. Ini bisa kita dapatkan di surah Al-Hajj ayat 40 dan surah Al-Hasyr ayat 8.

Cinta Rasul pada Mekah sebagai tanah air juga terdapat pada sejumlah riwayat, seperti dalam riwayat Abban bin Sa'd ketika  Rasul menangis mengenang lingkungan yang membesarkannya; kampung halamannya. Setelah hijrah pun Nabi juga menunjukkan kecintaan pada tanah air keduanya itu dengan mempercepat laju ontanya menuju Madina.

Agama dan kecintaan kita pada tanah air (nasionalisme) itu adalah hal yang  tidak bisa dipisahkan begitu saja. Tak ada dalam kamus jika kita mencintai agama dengan sepenuh hati dan melaksanakan apa yang ada dalam ajaran agama, tetapi kita membenci tanah air. Tanah air ibarat ibu ; sesuatu tempat kita pijak, tempat tumbuh dan berkembang.

Konstitusi Indoensia juga telah meletakkan nasionalisme dalam konteks kenegaraan dengan baik dan selaras dengan Islam. Nasionalisme kita didasarkan pada Ketuhanan yang Maha Esa dan seluruh sila dalam Pancasila.

Sehingga kita sebagai umat beragama tak bisa menampik bahwa cinta tanah air, patriotisme dan nasionalisme adalah hal fitrah. Tak kurang dari KH Quraish Shihab-pun mengamini itu. Kita harus mencintai negara kita sebagaimana mencintai agama itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun