TWA Suranadi, Lombok. Stakeholder kepariwisataan di NTB, eksis juga dengan para pengelola wisata di kawasan konservasi. Sehubungan ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistem yang berpartner bersama Wildlife Concervation Society Indonesia Program (WCS IP), melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB menyelenggarakan dua hari workshop. Workshop dan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Kelompok Masyarakat sekitar Konservasi BKSDA NTB (Forest Interpreter Camp) dengan beberapa narsum terkait. Lokasi utama workshop, berlangsung di Aula TWA Suranadi, Lombok Barat (Lobar).
Joko Iswanto, S.P., M.H., Kepala BKSDA NTB menyatakan bahwa peningkatan kapasitas SDM pengelola dan pelaku wisata di kawasan konservasi perlu terus diperbaharui. Salah satu alasan utama diadakannya workshop dua hari ini. Workhop ini juga sekaligus untuk menyerahkan bantuan usaha ekonomi produktif. Kelompok Tunak Besopoq, Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Kelompok Pemuda Tani Lestari Desa Mekarsari, kecamatan Praya Barat, Kelompok Peduli Konservasi Suranadi Lestari, kecamatan Narmada serta Kelompok Lestari Bangko-Bangko, desa Batuputih, kecamatan Sekotong.
Dua kelompok pertama berada di Lombok Tengah (Loteng) dan dua kelompok berikutnya berada di Lombok Barat (Lobar). Seperti diketahui, di dua kabupaten ini, terdapat pula dua kawasan konservasi. TWA Tunak di Loteng dan TWA Suranadi di Lobar.
Joko Iswanto menyebutkan, project WCS IP sebenarnya berbasis di pulau Sumbawa. Namun, keberadaan pelaku wisata yang tersebar di tiga TWA di Lombok, setelah melalui proses verifikasi dan seleksi dengan syarat tertentu, kemudian diputuskan berhak menjadi penerima bantuan ekonomi produktif.Â
"Bantuan ini nantinya tetap dipantau, itu sebabnya masing-masing desa penerima memiliki tim pendamping. Ke depan, keberhasilan sebagai efek dari bantuan ini, diharapkan bisa menjadi contoh dari pelaku wisata kawasan konservasi di pulau Sumbawa," urai Joko lebih lanjut.
Kapasitas Kepemanduan, Penyusunan Paket Wisata dan Digital Marketing
Tiga narsum selama dua hari workshop, mulai dari seorang sosok yang meraih Best ASEAN Guide, seorang akademisi dan narsum ketiga dari praktisi digital marketing. Fakhrurrozi Gaffar, guide terbaik se-wilayah ASEAN, menyampaikan dua materi. Penyusunan Story Line Interpretasi Wisata Alam di Kawasan Konservasi, dilanjutkan Dasar dan Teknik Pemanduan Wisata Alam. Dua materi ini, diteruskan Dr. Sri Susanty, SST.Par, M.Par, menyampaikan materi Penyusunan Paket Wisata. Tiga materi ini didapatan peserta di hari pertama workshop. Di hari kedua, praktisi Digital Marketer dari DPD Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) NTB mengajak peserta menyegarkan lagi pengetahuan dan dasar dari Digital Marketing.Â
Semua materi narsum, langsung dipraktekkan di akhir sesi, sehingga diharapkan semua peserta telah siap mempromosikan ragam jenis paket wisata sesuai kekhasan wilayah konservasi mereka masing-masing.
Praktek Langsung Semua Materi
Sekitar 50-an peserta dari berbagai kelompok pengelola, asosiasi kepariwisataan, tentu langsung praktek dari empat materi utama workshop. Di hari pertama, keluaran produk yang dibuat langsung peserta di lokasi berupa paket-paket wisata, sesuai kondisi dari kawasan konservasi yang dimiliki mereka masing-masing. Di hari kedua, praktek langsung menggunakan satu aplikasi yang akrab di dunia digital marketing. Yakni Canva. Peserta mencoba langsung membuat flyer, e-leaflet, atau e-katalog dari paket-paket wisata.