Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama FEATURED

(Karena) Puisi Itu Doa dan (Mungkin) Doa adalah Puisi

16 Juli 2017   08:05 Diperbarui: 21 Maret 2018   11:33 3099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah puisi itu merupakan doa terbaik yang bisa dibuat manusia? Kira-kira penggambaran semacan itu yang dihadirkan Joko Pinurbo lewat buku kumpulan puisinya: Haduh, Aku Di-follow. Puisi-puisi di twitter (baca: puitwit) itu dibuat dan dikumpulkan dalam periode tahun 2012 lewat akun twitter miliknya.

Puisi-puisi Joko Pinurbo memang terlihat seperti bercandaan biasa yang sering kita jumpai di sosial media. Namun, membaca Haduh, Aku Di-follow selaiknya membaca buku kumpulan doa-doa pendek. Buku yang sering kita baca di pengajian-pengajian atau di langgar sewaktu kecil. Setiap puisi yang tidak lebih dari 140 karakter itu menjadi mudah kita ucap dan hapalkan (kalau perlu). Temanya pun beragam: kopi, senja, celana, batu, sungai dan lain-lain. Tapi, Joko Pinurbo mampu mengemasnya menjadi topik yang dekat dan lekat pada diri kita. Sebagai contoh:

Aku bukan editor yang baik,
Tuhanku. Tiap malam kuralat mimpiku dan tetap saja keliru
. (20.12 - 21 jun 12)

Amin itu
Keturunan iman
. (20.52 - 26 jul 12)

Malam Paskah.
Bulan adalah hosti yang
Akan dipecah-pecah dan
Dibagikan kepada
Ribuan malam
(9.40 -- 7 Apr 12)

Doa keliru seorang ateis:
Tuhan, percayakah engkau bahwa aku seorang ateis?
(23.44 -- 28 Jan 12)

Sebagaimana doa, puisi pada akhirnya menjadi penghayatan iman yang sebenarnya bisa diperkaya.

Pada sebuah wawancara, Joko Pinurbo mengatakan, bahwa puisi-puisi yang dibuatnya semacam refleksi kritis mengenai iman. Mungkinkah kita mengubah merevisi cara beriman kita (lewat puisi) supaya lebih baik, lebih kaya?

Sebab doa, biar bagaimanapun, merupakan satu dari sekian banyak cara untuk berinteraksi dengan Tuhan. Dan puisi, barangkali, bisa menjadi salurannya.

***

Ada kisah menarik dari Abdul Muthalib, kakek dari Nabi Muhammad saat Perang Gajah. Ketika itu ia menggunakan syair sebagai cara untuk meminta pertolongan Allah, sebelum akhirnya memenangkan perang itu sendiri. Begini petikan kisahnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun