Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Hari Kartini di Era Kekinian

21 April 2022   15:22 Diperbarui: 21 April 2022   15:23 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Perempuan Kota. (sumber: KOMPAS.ID/HERYUNANTO)

Apalagi untuk para wanita milenial, Kompasianer Irmina Gultom menjelaskan bahwa masih ada yang bisa dilakukan untuk meneruskan perjuangan R.A. Kartini di masa sekarang.

Sebagai contoh, Kompasianer Irmina Gulton menjelaskan untuk berani bermimpi tapi realistis. Menurutnya, dengan bermimpi para perempuan memiliki motivasi untuk menjalani hidup.

"Kita juga harus memperhitungkan segala faktor yang dapat memengaruhi proses pencapaian mimpi tersebut dan apa saja yang mungkin harus kita korbankan," tulisnya.

3. Hari Kartini Tanpa Sanggul, Kebaya dan Riuh Karnaval

Semangat kartini yang menderu tidak pernah terkubur dalam pingitan. Dalam "sangkar emasnya", membaca adalah kegemarannya, dan pena adalah sahabat karibnya.

Semakin banyak membaca, tulis Kompasianer Enang Suhendar, pemikiran progresif Kartini tentang emansipasi wanita dan pendidikan semakin tumbuh.

Oleh karena itu kita jadi paham: semakin banyak membaca, justru Kartini semakin dahaga akan ilmu dan pengetahuan.

"Membaca kembali surat-surat Kartini sama dengan membaca episode hidup perempuan yang mempunyai cita-cita berpijar bagai ledakan bintang beribu-ribu, dan semangat hidup yang selalu membaharu," tulisnya.

4. Karena Kita Nggak Pernah Tahu Jam Bangun Tidur Ibu Kartini

Apakah kualitas seorang perempuan hanya diukur dari kemampuannya pada ranah domestik saja?

Jika seperti itu, sehingga dibutuhkan waktu bangun tidur yang ideal bagi perempuan tersebut untuk mengerjakan semua tugas domestiknya.

Alih-alih memandang perempuan sebagai makhluk yang sama kompleksnya seperti laki-laki, tulis Kompasiner Widha Karina, semua orang hanya berfokus pada tubuh yang bergerak untuk bangun pagi dan menyiapkan kopi.

"Buat saya, perjuangan Kartini tidak sesempit kapan waktu bangun, seberapa banyak cucian, bentuk kebaya, sanggul, unggah-ungguh, atau berapa piring sajian yang dibuat oleh tangan saya," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun