Perempuan masih terkendala untuk mandiri secara ekonomi, baik karena kesempatan kerja yang belum setara maupun adanya beban kerja domestik.
Sebab, perempuan dinilai mampu menjalani peran ganda sebagai ibu, istri, dan pekerja. Namun, hal itu perlu dukungan dari seluruh anggota keluarga.
Pekerja perempuan kini semestinya punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan mendapati posisi maupun jabatan pada tantangan industri seperti sekarang ini.
Oleh karena itu, kita bisa sama-sama merefleksikan kembali pencapaian perempuan dalam memperoleh kesempatan dan hak kerja yang layak.
Bagaimana Kompasianer melihat pekerja perempuan ini dalam bersaing?
1. Tantangan Perempuan Bekerja di Lingkungan yang Didominasi Pria
Awalnya sekadar pertanyaan dari seorang supir angkutan umum, tapi setelah itu dilanjutkan dengan nasihat-nasihat yang menyudutkan Kompasianer Dewi Puspasari karena pulang terlalu malam.
Menjadi perempuan yang bekerja di lapangan mencari berita, tulis Kompasianer Dewi Puspasari juga tak lepas dari gangguan pria.
Belum lagi ada yang sekadar bersiul atau ingin berkenalan, mengirimkan pesan-pesan aneh, hingga bertindak kurang ajar yang mengarah ke pelecehan.
Tantangan lainnya bekerja di tempat yang didominasi pria adalah ada kalanya disepelekan.
Kaum hawa dinilai lemah, tak mampu bekerja di bawah tekanan, mudah menangis jika dimarahi dan sebagainya," lanjut Kompasianer Dewi Puspasari, menuliskan segala tantangan yang diterima sebagai perempuan pekerja. (Baca selengapnya)
2. Potret Profesi Perempuan Jawa Itu Tersirat dalam Tari Bondan
Tak hanya berparas ayu pancaran dari hati dan jiwanya yang indah, menurut Kompasianer Christina Budi Probowati perempuan Jawa itu sepatutnya juga memiliki jiwa keibuan.