Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apa Alasan Hakim Aktif Bisa Dapat Tanda Jasa atau Sejenisnya?

19 November 2020   04:29 Diperbarui: 19 November 2020   04:46 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi persidangan di Mahkamah Konstitusi. (Diiolah Kompasiana dari sumber foto Rivan Awal Lingga via kompas.com)

Ketika publik banyak mempertanyakan independensi ke-6 Hakim Mahkamah Konstitusi (MK), Juru Bicara justru mengklaim sebaliknya.

"Anugrah kehormatan Bintang Mahaputera yang diberikan Presiden Joko Widodo pada enam hakim MK akan semakin menguatkan independensi," kata Fajar Laksono, seperti dikutip dari kompas.com.

Kita mengerti, sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-Undang, bahwa siapa pun yang sudah dianggap layak dan memenuhi syarat bisa diberi anugrah Bintang Mahaputera.

Tapi, apakah itu etis diberikan kepada Hakim yang tengah aktif bertugas seperti sekarang?

Inilah 5 konten terpopuler dan menarik di Kompasiana, kemarin.

1. Hakim Aktif Tidak Tepat Diberi Tanda Jasa atau Sejenis, Ini Alasannya
Enam Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mendapat anugerah Bintang Mahaputera dari negara melalui pemerintah, Rabu (11/11/2020) | KOMPAS.com via YouTube
Enam Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mendapat anugerah Bintang Mahaputera dari negara melalui pemerintah, Rabu (11/11/2020) | KOMPAS.com via YouTube

Sepanjang masih aktif menjabat dan diberi "sesuatu" oleh pemerintah, maka selama itu juga publik bertanya dan curiga.

"Betapa tidak, beberapa hari setelah penganugerahan, sebagian pengamat (termasuk juga kalangan buruh yang berdemonstrasi menolak UU Cipta Kerja) mengaku "mencium" aroma politik," tulis Kompasianer Tuhombowo Wae. (Baca selengkapnya)

2. Menyoal Kumpulan Massa yang Dibandingkan dengan Pilkada Serentak
ilustrasi kumpul-kumpul massa. (Foto oleh Gotta Be Worth It dari Pexels)
ilustrasi kumpul-kumpul massa. (Foto oleh Gotta Be Worth It dari Pexels)

Kapan tertib sosial akan tercapai jika seseorang merasa punya hak untuk melanggar hanya karena melihat orang lain melanggar?

Mestinya yang utama dari itu semua adalah keselamat diri dan tetap menjaga protokol kesehatan. (Baca selengkapnya)

3. Salzburg, di Antara Mozart dan "The Sound of Music"
Panorama kota Salzburg. (Sumber: koleksi pribadi/Tonny Syiariel)
Panorama kota Salzburg. (Sumber: koleksi pribadi/Tonny Syiariel)

Dengan segala pesonanya yang telah bertahan selama ratusan tahun, Salzburg terus berkembang sebagai salah satu destinasi wisata andalan negara Austria. Sebuah pesona yang tak pernah pudar melintasi waktu. (Baca selengkapnya)

4. Paul "Gazza" Gascoigne, Pemabuk Paling Berbakat dari Daratan Inggris
Paul Gascoigne pada Piala Dunia 1990. (sumber gambar via kompas.com)
Paul Gascoigne pada Piala Dunia 1990. (sumber gambar via kompas.com)

Siapa tidak kenal "Gazza"? Meskipun perilakunya di dalam maupun di luar lapangan tidaklah bisa dicontoh, akan tetapi, ia adalah satu di antara banyak pemain dari Inggris yang amat berbakat! (Baca selengkapnya)

5. Cerpen: Perempuan Menunggu Hujan
ilustrasi perempuan yang berjalan di lahan kering. (sumebr: pixabay.com/Victoria_Borodinova)
ilustrasi perempuan yang berjalan di lahan kering. (sumebr: pixabay.com/Victoria_Borodinova)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun