Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apakah Kini Menjadi Santri Pilihan Utama Orangtua untuk Anaknya?

21 Oktober 2020   17:45 Diperbarui: 23 Oktober 2020   02:42 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Santri putra beraktivitas di Pondok Pesantren An Nuqthah, Kota Tangerang, Banten, Kamis (18/6/2020). Pondok pesantren An Nuqthah kembali melaksanakan aktivitas setelah libur panjang akibat COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dan pengecekan kesehatan bagi santri yang baru tiba. (Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Karena jihad dunia maya harus digelorakan agar tidak banyak generasi muda yang menjadi korban provokasi radikalisme dunia maya. (Baca selengkapnya)

4. Lebih Banyaknya Santri Google daripada Santri Pondok

Pesantren kini telah berevolusi menjadi sesuatu yang lebih hebat, mereka berhasil memadukan beberapa model pengajaran di Indonesia.

Walaupun terkesan terlalu terisolir dari dunia luar akibat posesifnya orangtua asuh yang ada di pesantren, nyatanya para santri tetap update informasi.

Semua ini berkat perkembangan pondok pesantren yang tidak sekaku dulu dan mulai berdamai dengan modernitas tanpa menghilangkan esensi dari pondok dan ilmu yang diajarkannya.

"Hebat secara akhlak moral, hebat secara sikap prinsip, dan hebat secara akademis pikiran. Kehebatan kayak gitu sangat sangat penting saat ini. Sebut saja, mereka santri pondok," tulis Kompasianer Syafrin Yunus. (Baca selengkapnya)

5. Santri di Mata Nonsantri

Kompasianer Widi Wahyuningtyas sama sekali tidak pernah sekalipun mencicipi pondok pesantren. Ia  tidak benar-benar mengerti bagaimana rasanya mondok.

Akan tetapi pengetahuan tentang kehidupan di pesantren banyak didapat dari temannya yang merupakan alumni pondok pesantren-- juga karena Kompasianer Widi Wahyuningtyas kuliah di Kampus Islam.

Bahkan sekali waktu pernah Ia pernah berkunjung ke tempat temannya yang kebetulan kuliah sambil mondok di salah satu pondok pesantren salaf di Kaligawe, Semarang.

Kompasianer Widi Wahyuningtyas kaget karena saat tiba di kamarnya, di sana berisikan delapan orang.

"Selama sepersekian detik saya berusaha tetap tenang meski dalam hati kaget bukan kepalang. Tidak terbayang bagaimana teman saya berhasil mondok selama hampir 9 tahun!" tulis Kompasianer Widi Wahyuningtyas.

Ada sepotong penyesalan dalam hatinya kenapa dulu tidak memberanikan diri untuk mondok. Sebab teman-temannya yang alumni pondok pesantren itu keren, lho!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun