Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mulai terlihat bagaimana kesulitannya: orangtua yang kewalahan membimbing anaknya hingga guru yang rela berkeliling menemui muridnya yang tak punya gadget.
Situasi saat ini memang tidak mudah, akan tetapi pasrah pada keadaan juga bukanlah pilihan.
Kegiatan belajar-mengajar biar bagaimanapun mesti berjalan. Masalahnya, sudahkah kita mulai menyesuaikan kebiasaan baru ini?
Selain itu masih ada konten menarik lainnya seperti kemampuan kita dari gaji yang kita dapat hingga start-up yang perkembangannya cukup lesu selama pandemi.
Inilah 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana, kemarin:
1. Jangan Terbiasa Mengkritik Guru Lewat "Group Chat"
Ilustrasi murid dan guru (sumber: KOMPAS/TOTO SIHONO)
Batasi diri berkomentar di luar topik saat bersosialisasi di dalam grup Whatsapp yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan belajar mengajar. (Baca selengkapnya)
2. Nestapa Kelas Online bagi Keluarga Marginal
Pak Saifullah Mendatangi Rumah anak didiknya secara bergiliran karena mereka tidak mempunyai smart phone. (Sumber Foto : Saifullah)
Ia adalah guru. Ia juga rela berkeliling menemui murid-muridnya. Bahkan, tak jarang ia melewatkan rapat penting di kantornya dikarenakan HP-nya berada di tangan anaknya untuk pelaksanaan kelas online. (Baca selengkapnya)
3. Start-up Berguguran, Saatnya Move On
Bisnis digital yang memiliki fundamental kuat, akan berhasil melawati krisis pandemi Covid-19 (sumber : Pixabay)
Kalau sifatnya hanya mengikuti tren dan sekadar ikut-ikutan, sebaiknya tidak latah membuat platform start-up. Ini sama saja menjerumuskan diri sendiri. (Baca selengkapnya)
4. Belajarlah dari Mereka yang "Disingkirkan" dari Perusahaannya Sendiri
Steve Job, pendiri Apple yang pernah didepak dari perusahaannya sendiri| Sumber: Kompas.com
Ada hal yang bisa dipelajari dari mereka yang disingkirkan dari perusahaannya sendiri, termasuk tentang bagaimana bisa bertahan di dunia bisnis. (Baca selengkapnya)
5. Gaji UMR, Gaya DPR
Ilustrasi gaya hidup boros (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)
Motor baru, mobil baru, pakaian, sepatu dan tas baru, tapi nyicil alias ngangsur. Susah membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. (Baca selengkapnya)