Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Turki Utsmani dan Runtuhnya Imperium Mamluk hingga Sang Juru Bicara Istana Negara

25 Juli 2020   05:38 Diperbarui: 25 Juli 2020   05:43 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi: en.qantara.de | The Ottoman Caliphate, which dominated the Muslim world for over thirteen centuries, was abolished on 3 March 1924 by Mustafa Kemal Ataturk, putting an end to one of the most significant political-religious powers in history. By Mohamed Yosri)

Dalam mempelajari sejarah, kita mungkin tidak asing mendengar ungkapan "Agar satu kerajaan dapat bangkit, maka kerajaan lainya harus runtuh".

Konflik yang terjadi antar dunia Islam pada masa lampau pun banyak terjadi. Begitu juga dengan berdirinya Turki Utsmani.

Pembahasan tersebut menjadi terpopuler di Kompasiana yang ditulis oleh kompasianer Farhan S Afifi.

Penaklukan Utsmaniyah juga berarti menandakan untuk pertama kalinya dalam sejarah, dunia Arab diperintah oleh bangsa Turki, bangsa asing. Kondisi ini berlangsung selama hampir 300 tahun setelahnya.

Selain itu ada pula artikel politik yang ditulis oleh Joseph Osdar -Wartawan Harian kompas yang biasa meliput acara Kepresidenan Istana sejak zaman Soeharto berkuasa hingga Jokowi- yang membahas tentang situasi istana saat ini setelah presiden mengkritik para menterinya.

Ingin tahu bagaimana keadaan istana dari para wartawan yang meliput di sana? simak ceritanya dalam daftar 5 artikel terpopuler di Kompasiana kemarin (24/07):

Sang Juru Bicara: "Dagang Sapi" (I)

ilustrasi juru bicara. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)
ilustrasi juru bicara. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)
Kontak-kontakan dengan para mantan juru bicara/staf khusus dan para wartawan dan beberapa pegawai istana banyak memberi inspirasi untuk menuliskan "gado-gado" istana dan kabinetnya saat ini.

Apa yang dikatakan para wartawan punya kejenakaan yang setara dengan "celetukan" para menteri ketika bermaksud membantah bahwa virus Corona sudah masuk ke Indonesia beberapa bulan lalu. Tidak enak dan "kasihan" untuk menyebut nama-nama dan identitas lainnya dari para wartawan dan wartawati yang saya ajak bicara itu.

Bedanya antara celetukan antara wartawan istana dengan para menteri adalah, para wartawan tidak menyandang janji untuk melaksanakan "visi dan misi" presiden. (Baca Selengkapnya)

Skripsi Penuh Coretan, Artikel Berantakan, dan Konjungsi Korelatif yang "Belang-betong"

Ilustrasi artikel berantakan (Sumber Foto: straitstimes.com)
Ilustrasi artikel berantakan (Sumber Foto: straitstimes.com)
Kita akan membincangkan konjungsi korelatif. Ini ilmu rendahan yang sangat penting bagi mereka yang selama ini sukar menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat, atau alinea dengan alinea.

Jika kalian sudah khatam menggunakan konjungsi, termasuk konjungsi korelatif, enam skripsi pun bisa kelar dalam satu semester. (Baca Selengkapnya)

Turki Utsmani dan Runtuhnya Imperium Mamluk di Timur Tengah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun