Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Polemik Kalung Antivirus hingga Pengalaman Perpanjang SIM saat Pandemi

12 Juli 2020   04:25 Diperbarui: 12 Juli 2020   04:27 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi eucalyptus (SHUTTERSTOCK/J.CHIZHE via kompas.com)

Bahkan, tulis Kompasianer Kris Banarto, ada seorang pengusaha dan motivator kondang yang mengatakan orang disebut telah mencapai kebebasan finansial apabila seluruh kebutuhan hidup keluarganya dari bunga melalui bunga yang diperoleh dari aset atau simpanan yang ia miliki.

Sayangnya banyak yang keliru atas hal tersebut sehingga kerap kali tidak benar untuk mencapai kebebasan finansial tersebut.

"Finacial freedom bukan suatu keadaan atau kondisi, tetapi perspektif mengenai uang agar tidak terjerat olehnya dan hidup dalam kebebasan keuangan," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

3. Pengalaman Mengurus Perpanjangan SIM di Masa Pandemi

Selama pandemi ini, meski kita diminta untuk tidak keluar rumah, tetapi selalu ada saja hal-hal yang mesti diurus seperti memperpanjang SIM (Surat Izin Mengemudi).

Kebetulan sekali Kompasianer Meirri Alfianto belum lama ini sudah habis masa berlakunya pada 21 Mei 2020.

Setelah layanan SIM kembali dibuka, tulisnya, orang berbondong-bondong menyerbu kantor-kantor pembuatan SIM baik di gerai-gerai SIM maupun Satpas SIM di Polres.

"Akhirnya saya memutuskan untuk mengurus SIM di Satpas Pembantu SIM Rajeg, Kabupaten Tangerang. Sudah sejak pukul 6 pagi saya sudah merapat," lanjutnya, mengisahkan pengalaman mengurus perpanjang SIM. (Baca selengkapnya)

4. Kisah Sedih Guru Honorer di Kampung Terpencil

Hanya seorang Ibu guru yang berjuang menaklukan enam kelas. Kelas satu hingga kelas enam, dengan murid-murid yang hampir semua hiperaktif, maklum mereka adalah anak-anak kecil, dunia bermain adalah keseharian mereka.

Memang agak rumit masalahnya untuk guru honorer yang bertugas di distrik-distrik terpencil (Kecamatan) di Papua.

Untungnya, tulis KOmpasianer Andi R Rumbiak, anak didik di sini cukup baik, mereka sering mengantarkan hasil kebun dan beberapa ikat kayu bakar untuk memasak tiap hari.

"Pada akhirnya sebagian guru yang bertahan di kampung ini menjadi sangat akrab, senasib sepenanggungan. Mereka saling membantu dalam keterbatasan mereka," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

5. Apakah Cowok Ganteng Masih Menarik di Zaman Ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun