Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Rumah Sakit Dianggap Ladang Bisnis hingga Nasib Guru Honorer di Kampung Terpencil

7 Juli 2020   04:40 Diperbarui: 7 Juli 2020   04:29 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu guru Lusi dan murid-muridnya (Dokumen Andi Rumbiak)

Banyak anggapan yang menilai rumah sakit termasuk nakes di dalamnya sedang meraup untung di tengah kondisi pandemi seperti ini. Sebagaimana yang dirasakan Kompasianer Dimas Raditya Lustiono sebagai nakes.

Dimas menceritakan anggapan ini bermula dari unggahan di media sosial mengenai layanan swab test di suatu rumah sakit swasta.

Anggapan itu kemudian berkembang dan menjadi asumsi bahwa rumah sakit dan nakes tengah mengambil keuntungan besar dari keadaan ini.

Padahal, menurutnya, sama sekali tidak. Justru sebaliknya, rumah sakit tengah dalam kondisi sedang tidak baik-baik saja.

Selain kisah Kompasianer  Dimas Raditya Lustiono ada juga cerita dari Kompasianer Andi Rumbiak mengenai kondisi guru honorer di perkampungan kecil yang menjadi artikel terpopuler di Kompasiana, Senin (06/07/2020).

Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana yang berhasil dirangkum:

Yang Tenaga Medis Rasakan ketika Rumah Sakit Dianggap Ladang Bisnis Selama Pandemi

Gambar oleh fernando zhiminaicela dari Pixabay
Gambar oleh fernando zhiminaicela dari Pixabay
Hal yang cukup menyesakkan adalah ketika masyarakat wabil khusus warganet yang menganggap bahwa selama pandemi covid-19 tenaga kesehatan semakin panen duit.

Mereka juga menganggap rumah sakit panen cuan dengan menambah fasilitas seperti Rapid Test, Swab Test dan SKD.

Padahal, tidak sedikit rumah sakit yang tidak mampu membayar THR karyawannya,  dari dokter spesialis hingga cleaning service. (Baca selengkapnya)

Kalung Antivirus Korona dan Apatisme Publik

Kalung Antivirus Korona dan konco-konconya. (Sumber Foto: Kompas.com/Dokumentasi Humas Kementan RI)
Kalung Antivirus Korona dan konco-konconya. (Sumber Foto: Kompas.com/Dokumentasi Humas Kementan RI)
Syahdan, Kavirna sudah melewati uji laboratorium. Hasilnya sangat apik. Jika dipakai selama 15 menit akan membunuh 42% virus korona. Kalau dipasang di leher selama 30 menit dapat membasmi virus korona hingga 80%. Begitu kata Pak Mentan. Tokcer banget!

Kementan tinggal memproduksi Kavirna secara massal. Otomatis Pemerintah akan mengucurkan dana khusus. Pasti triliunan. Tak apalah. Guyuran dana sebanyak apa pun niscaya setimpal jika itu demi keselamatan dan kesehatan seluruh rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun