Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Populer dalam Sepekan: Pengunduran Diri Belva hingga Anomali Angka Kematian Covid-19 di Jerman

26 April 2020   05:10 Diperbarui: 26 April 2020   12:04 2035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Staf Khusus Presiden RI ketika pertama kali baru diperkenalkan oleh Joko Widodo. (Foto: ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

Kompasianer Felix Tani bahkan membuat frasa "belajar tanpa guru" seperti sekarang ini mirip kisah-kisah pada buku silat yang terbit pada masa-masa 1970-an.

Pada masa itu, tulisnya, marak penjualan buku-buku beladiri dengan judul senada antara lain "Karate Tanpa Guru", "Jiujitsu Tanpa Guru", dan "Kung Fu Tanpa Guru".

Dari beragam kisah-kisah dari buku beladiri tersebut, Kompasianer Felix Tani mengelaborasi lebih lanjut untuk melihat fenomena belajar dari rumah ini.

"Jangan sampai anaknya menjadi pintar tapi tidak cerdas melalui perkuliahan online. Jika itu terjadi, maka perguruan tinggi hanya berfungsi sekadar pengalih pengetahuan, bukan pembentuk sains," tulis Kompasianer Felix Tani. (Baca selengkapnya)

3. Betapa Leganya Kami Ketika Commuter Line (Tidak) Jadi Disetop

Guna mendukung kebijakan PSBB yang dijalankan di Jabodetabek, muncul wacana untuk Commuter Line agar berhenti beroperasi.

Wacana demikian lahir pasalnya jika Commuter Line tetap beroperasi, maka akan sulit untuk warga menerapkan jaga jarak fisik dengan yang lain. Mungkin bisa ketika di kereta, tapi bagaimana saat mereka antre menunggu?

Untungnya wacana tersebut dibatalkan. Karena masih banyak sekali orang-orang yang terdampak langsung seperti yang dialami Kompasianer Irmina Gultom.

"Karena ada pekerjaan yang tidak sepenuhnya bisa dilakukan di rumah, maka mau tidak mau, suka tidak suka, jadi tetap harus ke kantor walaupun tidak setiap hari," tulisnya. (Baca selengkapnya)

4. Cara Mengukur Kadar Emosi Anda

Sejak ketakutan dan rasa tidak percaya diri muncul, tulis Kompasianer Endro S. Efendi, hal yang pertama kali perlu disadari adalah, seberapa berat akar emosi yang Anda miliki?

Kemudian ia menjelaskan, sebetulnya rasa takut dan tidak percaya diri itu baik.

Malah yang perlu diperhatikan justru kalau kita, misalnya, rasa takut dan rasa tidak percaya diri ini dalam kurun waktu yang lama. Hal inilah, lanjutnya, yang perlu diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun