Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[Populer dalam Sepekan] Hadirnya Kerajaan-kerajaan Fiktif | PHP ala Staf HRD | Manisnya Kadu Baduy

26 Januari 2020   22:22 Diperbarui: 27 Januari 2020   08:28 2280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mahkota raja. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Ketika pemberitaan tentang hadirnya kerajaan-kerajaan baru di Indonesia, sontak membuat kita dihadapkan pada 2 hal: antara kaget dan tidak percaya.

Ternyata tidak hanya 1 kerajaan, tetapi beberapa, seperti Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), Kerajaan Jipang di Blora, dan Kerajaan Sunda Empire di Bandung, Jawa Barat.

Atas kemunculan kerajaan-kerajaan tersebut banyak yang beranggapan bahwa tak lepas dari urusan motif ekonomi.

Alih-alih mengajak dan merayu masyarakat untuk bergabung, ternyata ada "biaya lain" yang dipinta oleh orang-orang kerajaan ini.

Fenomena apakah ini? Mengapa terjadi dalam waktu yang berdekatan antara satu dengan lainnya? Adalagi yang menarik, apa masih ada kerajaan-kerajaan lainnya yang belum terekspos?

Jika benar motif ekonomi amat kuat, besar kemungkinan adanya kasus penipuan yang terjadi dan kita berharap ada tindak tegas dari Kepolisian Republik Indonesia menanggapi fenomena ini.

Selain hadirnya kerajaan-kerajaan yang diduga fiktif tersebut, masih ada konten menarik dan terpopuler lainnya pada pekan ini: masih ada cara-cara menaikkan nilai tawar kita sebagai karyawan hingga mencecap kadu asli baduy.

Berikut 5 artikel menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Dari Pohon Menangis hingga Kerajaan Halu, Fenomena Apakah Ini?

Sebelum ramai-ramai tentang kehadiran kerajaan fiktif, ternyata masih ada hal unik lainnya yang mendapat perhatian masyarakat, yakni pohon menangis.

Pohon yang ditanam di halaman masjid Petukangan, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan itu mengeluarkan "air mata" setiap malam. Kemudian ada juga pohon akasia yang mengeluarkan suara mirip tangisan bayi di Jember.

Ketika kita belum selesai atas kejadian 2 pohon itu, barulah muncul kerajaan-kerajaan fiktif tersebut.

Secara umum, tulis Kompasianer Yon Bayu, sangat mungkin kemunculan fenomena tersebut berkaitan dengan kondisi sosial politik saat ini.

"SebagaI katarsis dari ketidakberdayaan, keputusasaan masyarakat menghadapi berbagai persoalan," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

2. Bagi Kami, Keraton Agung Sejagat adalah Pahlawan!

Sebagai warga Purworejo, Kompasianer Irfan Prasetyo terkejut atas hadirnya sebuah kerajaan di tempat tinggalnya.

Tiba-tiba saja, tulisnya, lahir sebuah kerajaan lengkap dengan raja-ratu beserta abdi dalemnya.

Atas viralnya kejadian Keraton Agung Sejagat yang ada di Purworejo dengan penuh canda Kompasianer Irfan Prastyo menjelaskan "Purworejo mananya Magelang?", "Sebelah mananya Jogja?", cukup sebut Keraton Agung Sejagat orang pasti mengenalnya.

"Ya walaupun mungkin ramainya hanya ketika viral saja, namun lokasi keraton fiktif yang tengah ditelusuri izin dan kepemilikannya itu bisa saja dimanfaatkan untuk lokasi pasar malam atau untuk event bulanan dan tahunan," tulis Kompasianer Irfan Prasetyo. (Baca selengkapnya)

3. Naikkan Posisi Tawar di Tangga Karier

Bagi yang aktif di dunia perbukuan, pasti tidak asing dengan nama Bambang Trim, bukan?

Pada esainya kali ini, ia menceritakan dinamika sebagai karyawan sejak tahun 1995, lalu pensiun pada tahun 2011 di bidang penerbitan buku.

"Ada satu hal berharga yang saya pelajari dari perusahaan pertama yaitu belajar rela untuk tidak memilih-milih pekerjaan. Apa pun saya lakukan kala itu, bahkan mendampingi sopir untuk mengantar parsel lebaran ke para penulis juga saya jalani," tulisnya.

Dengan posisi tawar yang menaik sebagai penulis, editor, dan juga memahami desain buku, tangga karier pun satu per satu Bambang Trim jejaki.

"Jabatan saya naik sebagai kepala bagian, asisten manajer, lalu manajer," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

4. Mengungkap Maksud Ucapan "Tunggu Informasi Selanjutnya" dari Staf HRD pada Sesi Wawancara Kerja

Pada artikel yang dibuat Kompasianer Seto Wicaksono, ia mengisahkan pengalamannya sebagai staf HRD --khususnya di bagian perekrutan.

Jika diperhatikan, sebenarnya ada banyak makna tersirat di balik kalimat "ditunggu aja info selanjutnya, ya", pada setiap selesai proses interview yang biasa disampaikan di akhir interview oleh para staf HRD.

Setidaknya, ada hal yang ingin disampaikan secara tidak langsung melalui kalimat tersebut kepada para pelamar.

Yang paling utama, tulisya, sesuai dengan kalimat yang disampaikan: mohon menunggu. Sebab, biasanya ada beberapa kandidat yang juga direview dalam waktu bersamaan.

"Saran saya sih, tidak perlu malu bertanya perihal berapa lama harus menunggu terkait hasil dari proses interview, sebab hal itu lebih baik agar mendapat kepastian dibanding misuh dan mangkel juga berkata bahwa staf HRD itu PHP," tulis Kompasianer Seto Wicaksono. (Baca selengkapnya)

5. Manis Legit Kadu Baduy dengan Rasa "Masyallah"

Pada pembuka tulisannya, Kompasianer Pram menanyakan satu pertanyaan menarik: pernah kecewa membeli buah durian dengan rasa daging yang hambar?

Di musim durian saat ini, para pedagang musiman juga bermunculan. Buah dengan khas aroma yang menyengat itu pun banyak dijajakan di sejumlah lapak di pinggir jalan.

Kondisi fisik kulit keras dan berduri, bagi pembeli yang masih awam memilih durian, tentu gampang yang tertipu.

Tapi, cobalah sesekali datang ke Baduy dan mencoba kadu alias durian asli Baduy.

Tidak susah mendapatkan Kadu Baduy saat musim seperti ini. Di terminal Ciboleger sebagai pintu masuk menuju Kampung Adat Suku Badut sudah banyak orang yang menjajakan.

Namun, lanjut Kompasianer Pram, jika ingin menikmati suasana yang berbeda bisa membeli dari warga Baduy yang menjual di teras depan rumahnya.

"Karakter daging lembut tanpa basah dengan air. Rasanya manis dan ada pahit. Kelembutan dagingnya sangat terasa saat memenuhi rongga mulut dan turun ke tenggorokan.

"Rasa manis tidak membuat mulut menjadi enek, malah menjadi ketagihan terus untuk memakanya," lanjutnya, ketika menggambarkan bagaiamana nikmatnya kadu baduy. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun