Kemudian, ia melengkapinya kembali dalam sebuah tulisan utuh berupa esai yang menyarankan Mas Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim agar turut serta dalam kampanye membaca sebagai bentuk yang menyenangkan.
"Semangat orang tua ini luar biasa ini bagus, karena ketrampilan membaca memang penting. Tapi sayangnya, kerja keras ini langsung berhenti begitu anak sudah bisa membaca," tulis Kompasianer Ade Kumalasari.
Karena seperti yang kita tahu, keterampilan yang lebih penting daripada sekadar membunyikan huruf-huruf adalah memahami apa yang dibaca.
"Di tingkat lebih tinggi lagi, pembaca bisa kritis terhadap apa yang dibacanya, dan mampu menganalisis bacaan," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
3. Pemerintah dan Bangsa Indonesia dalam Kondisi Darurat Matematika
Berbagai kajian dan survei menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia berada pada posisi darurat dalam bernalar matematika.
Bahkan, melalui Indonesian National Assessment Programme menunjukkan prosentase anak Indonesia buta matematika sebesar 77,13 persen.
"Sangat menyedihkan memang saat melihat ada beberapa daerah yang hanya mengalokasikan anggaran pendidikan dibawah 1% bahkan dibawah 0% sementara program prioritasnya adalah pembangunan SDM," tulis Kompasianer Indra Charismiadji.
Yang termudah, bisa dimulai dari tidak lagi membuat peserta didik takut dengan pelajaran matematika. (Baca selengkapnya)
4. Menjelajah Makam Raja Mataram Imogiri dengan Sedikit Kemistisannya
Setibanya di komplek Pemakaman Raja Mataram, kamu akan bertemu dengan seorang pemandu wisata yang sudah berusia agak senja.
Kemudian ia akan menawarkan kepada pengunjung ingin berjalan saja dengan melewati 409 anak tangga atau naik ojek dengan tarif 10 ribu rupiah.
"Konon, kalau kita menaiki anak tangga dan bisa menghitungnya dengan tepat, maka permohonan kita akan dikabulkan. Dan saya baru tahu ini setelah pulang dari makam. Jadi alhasil kunjungan saya tiada permohonan. Hehe...," tulis Kompasianer Nana.