Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Elektabilitas di Bawah 50 Persen, Bagaimana Pendukung Petahana Menyikapinya?

25 Maret 2019   08:08 Diperbarui: 26 Maret 2019   21:22 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Deklarasi Alumni Trisakti Pendukung Jokowi di Jakarta, Sabtu (9/2/2019). Alumni Trisakti Pendukung Jokowi mendeklarasikan dukungan untuk memenangkan capres-cawapres Joko Widodo-Maruf Amin pada Pilpres 2019. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Bukan sekadar turunnya presentasi elektabilitas dari Petahana, tapi yang mengejutkan dari survei yang dilakukan tim riset litbang Kompas dari 22 Februari-5 Maret 2019 yaitu pasangan nomor urut 01 berada di bawah 50 persen: turun 3,4 persen dari 52,6 persen pada Oktober 2018 menjadi 49,2 persen.

Sedangkan pasangan nomor urut 02 meningkat dari dari 32,7 persen pada Oktober 2018 menjadi 37,4 persen pada survei Litbang Kompas kali ini.

Dengan kata lain, selisih di antara keduanya kini menjadi 11,8 persen.

Apakah itu menjadi sinyalmen kepada timses petahana dalam Pilpres 2019 untuk bekerja lebih keras lagi? Atau, ada hal lain yang dilakukan timses pasangan nomor urut 02 sehingga secara perlahan meningkatkan elektabilitas?

Selain survei yang dirilis litbang Kompas, tentu masih ada artikel menarik lainnya di Kompasiana selama sepekan ini seperti ragam nasi pecel khas Jawa Timur yang menggugah selera hingga hebohnya penjualan obat bius di media sosial.

Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana pekan ini:

1. Elektabilitas Menurun, Alarm Buat Petahana

Hasil survei Litbang Kompas yang diumumkan hari ini (20/03/2019) cukup mengagetkan terutama bagi para pendukung petahana. Untuk pertama kalinya tingkat elektabilitas petahana berada di bawah angka 50% dan jarak elektabilitas antar kedua pasangan tinggal 11% saja.

Jika melihat perolehan sementara ini, mengingatkan Diaz Rosano pada pilkada DKI lalu.

"Petahana BTP-DSH hasilnya baik putaran I maupun II tetap di kisaran 42% saja, sementara suara pasangan AHY-SM justru sepenuhnya lari ke pasangan AB-SU yang pada putaran pertama memperoleh 39 persen menjadi 58 persen," tulisnya.

Banyaknya kasus pelanggaran HAM yang belum tuntas, menurut Diaz, bisa berimbas pada turunnya kepercayaan terutama para aktivis HAM kepada pemerintah sekarang. (Baca selengkapnya)

2. Jokowi Tidak Aman karena Elektabilitasnya di Bawah 50%?

Kalau melihat selisih angka elektabilitas antara Jokowi dan Prabowo pada Pilpres 2014 berdasarkan hasil survei 3 lembaga survei yakni  LSI 6,3%, Indobarometer 5,4% dan Poltraking 7,4%.

Hal tersebut, menurut Rully Syah tidak ada yang berselisih angka hingga 10% seperti sekarang. Jadi, elektabilitas petahana meski berada di angka 50% itu artinya posisi petahana cukup aman.

Angka elektabilitas Jokowi menurut Litbang Kompas sebesar 49,2% sementara untuk Prabowo 37,4% dan undecided voters 13,4%. Perhatikan angka undecided voters-nya yaitu: 13,4%.

Bila diasumsikan 85% dari undecided voters akan memilih Prabowo maka angka Prabowo tidak akan melebihi angka Jokowi. Angka Prabowo akan menjadi sekitar 49,2% sementara angka Jokowi sekitar 50,8% saja," tulisnya. (Baca selengkapnya)

3. Mengenal Stunting yang Dibahas Saat Debat Cawapres Itu

Bagi yang menyaksikan debat cawapres antara Ma'ruf Amin dengan Sandiaga Uno pada Minggu (17/03) lalu, ada topik yang begitu menarik diperdebatkan, yaitu mengatasi stunting.

Stunting atau disebut juga dengan kerdil adalah kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah dua tahun yang disebabkan kekurangan gizi pada waktu yang lama (kronis).

Menurut Listhia HR, pemahaman soal stunting sudah menjadi konsumsi masyarakat karena masalah inilah yang sedang mereka hadapi.

"Memang masalah stunting diakibatkan dari kekurangan gizi yang kronis. Namun dalam penyelesaiannya bukan hanya gizi yang menjadi fokus utama. Selain faktor gizi, faktor penyebab masalah gizi yang secara langsung adalah infeksi," tulisnya. (Baca selengkapnya)

4. Heboh Penjualan Obat Bius secara Daring

Irmina Gultom sedikit kaget ketika seorang dokter mengunggah tangkapan layar beberapa obat anestesi yang dijual dengan bebas melalui akun Instagram.

Lalu ketika ia coba telusuri sendiri, Irmina Gultom berkesimpulan ada kemungkinan besar bahwa obat-obat bius yang dijual ini ditujukan untuk tindak kriminal terkait prostitusi.

"Perlu diketahui bahwa obat dalam bentuk injeksi (apapun indikasinya, vitamin atau obat kimia) tergolong obat keras yang tidak boleh dijual sembarangan tanpa resep dokter dan pemakaiannya harus dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan berpengalaman," tulis Irmina Gultom. (Baca selengkapnya)

5. Ragam Nasi Pecel dari Jawa Timur yang Menggugah Selera

Siapa yang tidak kenal dengan menu nasi pecel? Menu nasi yang disajikan dengan aneka sayuran yang disiram dengan bumbu berbahan dasar kacang tanah ini sungguh menggugah selera. Apalagi jika kamu sedang bepergian ke Jawa Timur menu nasi pecel tersedia di berbagai tempat.

"Nasi pecel di Jatim biasanya memiliki beragam sebutan yang biasanya berdasarkan pada nama daerah asalnya. Nasi pecel khas Madiun artinya nasi pecel yang berasal dari Madiun. Ada juga nasi pecel khas Ponorogo, nasi pecel khas Blitar dan nasi pecel khas Kediri. Nama-nama menu nasi pecel itu sudah dikenal luas di Jawa Timur," tulis Gatot Tri.

Selain itu, masyarakat Jawa Timur juga mengenal nasi pecel khas Nganjuk, nasi pecel khas Kertosono dan nasi pecel khas Tulungagung.

Semua menu nasi pecel itu bercita rasa enak dengan bumbu berbahan dasar sama yaitu kacang tanah. Penampilan atau penyajian nasi pecel sepintas nampak sama namun sebenarnya terdapat sejumlah perbedaan.

Mau tahu seperti apa dan bisa didapat di mana nasi pecel seperti yang ditulis di atas? Langung saja baca selengkapnya di sini.

Selain sehat, nasi pecel khas Jawa Timur itu ngangeni. Jika tidak percaya, silakan coba sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun