Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Kiat-kiat Membaca Puisi Cinta

15 Oktober 2018   23:23 Diperbarui: 23 Oktober 2018   02:19 2609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Sueda (@lapinnoir) - weheartit.com

Namun, apakah puisi mesti melulu tentang cinta? Tidak. Tapi apakah puisi selalu bernafaskan cinta? Ya. Banyak sekali naskah-naskah puisi dari Fiksianer tentang ini. Jika puisi adalah sebuah cara kita bernafas, yang dihirup bisa saja udara kotor, tapi yang dikeluarkan menjadi indah. Atau berlaku sebaliknya.

Puisi cinta dari Andi Wi, misalnya, Pohon Bunga. Bercerita tentang 2 individu, sepasang kekasih, yang bertalian dengan sebuah pohon pemberian yang dititipkan --lebih khususnya lagi dirawat.

Namun, baru dipembuka puisi itu, narator dalam puisi tersebut sudah secara terang menyebutkan kalau telah mati dan mencoklat. Dari parafrasa itu yang kemudian betapa penyesalan dan kesedihan tumbuh dari pohon yang tidak bernyawa lagi.

Padalah narator dalam puisi tersebut bilang, aku merawatnya. sama seperti merawat diriku sendiri. Meski pada kenyataannya tidak --baik itu sengaja atau tidak.

Dan simbol kematian itulah yang digambarkan Andi Wi untuk bisa mengembalikan kehidupan yang ada pada dirinya. seperti cinta kita. kehidupan selalu menemui kematian. seperti cinta kita. yang telah lama mati. yang telah lama mati.

Begitu juga dengan puisi Usniaty, Cinta Tak Berjelaga. Hubungan cinta yang dibangun oleh Usniaty adalah tentang cinta kepada diri sendiri. Tidak perlu heran, memang kenapa mencintai diri sendiri?

Mencintai diri sendiri itu perlu ketika, misalnya, rasa putus asa jauh lebih menguasi daripada percaya diri. Usniaty menggambarkannya dengan:

Apakah hati bersih dari manusia memahami yang namanya kesucian?

Pertanyaan-pertanyaan itu bukan ditujukan kepada oranglain, justru oleh diri sendiri. Dan jawab yang tepat, bagi Usniaty, adalah Cinta itu tak ada di dalam nafsu dan keinginan tetapi ada di dalam keikhlasan pengabdian.

Sudahkah kamu mencintai diri sendiri? Dan kesucian apa yang kamu dapat dari cinta itu? Kira-kira begitu Usniaty pertanyakan cintanya.

Terakhir sebagai contoh adalah puisi dari Setia Pertiwi, Menggerutu di Batas Sadar. Ini memang puisi cinta bagi yang baru diputus oleh kekasihnya. Bisa saja. Ini seperti tentang hal-hal yang ingin diungkapkan kepada kekasih ketika akhirnya ia minta mengakhiri sebuah hubungan. Bisa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun