Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menjadi Kiri Itu Tidak Mudah!

8 Agustus 2018   20:45 Diperbarui: 19 Februari 2019   12:11 2198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Diarmid Courreges -kompas.com

Tidak gampang menjadi kiri di Indonesia! Bahkan hanya untuk sekadar menggunakan tangan demi mengoperasikan banyak hal. Kidal, begitu orang-orang menyebutnya.

Kidal ialah kondisi seseorang yang memungkinkannya untuk lebih mengandalkan bagian tubuh bagian kiri daripada sebelah kanannya. Terhadap kondisi ini, mungkin sudah tidak banyak orang-orang yang menilai buruk. Meski demikian, publik masih kerap menyimpan keheranan dan pertanyaan yang ingin mereka ungkapkan kepada orang-orang kidal, tetapi merasa sungkan mengutarakannya.

Alih-alih  dipicu oleh rangsangan otak, penelitian yang dilakukan oleh Rurh University Bochum pada tahun 2017 menjelaskan bahwa penyebab kekidalan seseorang bergantung pada aktivitas gen di sumsum tulang belakang.

Para peneliti biopsikolog itu menemukan bahwa aktivitas gen di sumsum tulang belakang akan menentukan apakah orang tersebut cenderung menggunakan bagian tubuh sebelah kiri atau kanan. Aktivitas ini terjadi bahkan sejak janin masih dalam kandungan. Bila aktivitas gen terjadi asimetris, maka kemungkinan besar janin tersebut akan terlahir kidal.

"Preferensi menggerakan tangan kiri atau kanan sudah berkembang di dalam rahim sejak minggu kedelapan kehamilan. Dan pada minggu ke-13 kehamilan, anak-anak yang belum lahir itu menghisap jempol kanan atau kiri mereka," tulis laporan tersebut.

Secara sederhana, perkembangan tangan (baik kanan atau kiri) sudah terjadi semenjak dalam kandungan. Baru setelah itu menyusul faktor genetik dan lingkungan selama kehamilan berperan.

***

Kompasianer Ika Septi mengamati, orang kidal di sekitarnya mengalami cukup banyak tantangan dalam beraktivitas sehari-hari. Ia memberi contoh, saat orang kidal menulis di whiteboard yang tidak didesain untuk orang kidal, maka tinta spidol akan meninggalkan jejak noda di tangan orang tersebut.

Malah satu waktu Ika Septi terheran ketika satu temannya yang kidal itu berusaha untuk memberikan barang kepadanya dengan tangan kanan.

"Being left-handed is not a sin at all," tulisnya dalam tulisannya yang berjudul "Kidal".

Padahal, Michael Corballis, PhD., yang adalah seorang spesialis otak sekaligus psikolog dari University of Auckland di Selandia Baru memaparkan fakta bahwa orang kidal cenderung berpikiran kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

Meski sejumlah ahli telah menjelaskan tak ada yang salah dengan kidal, diskriminasi terhadap orang kidal masih terjadi. Sashimie menceritakan pengalamannya sebagai seorang kidal, sekaligus mencoba menganalisis penyebab diskriminasi tersebut.

Perilaku tidak bersahabat terhadap orang kidal, katanya, turut dipicu oleh pemaknaan kanan dan kiri yang diamini oleh masyarakat.

"Kiri cenderung dimaknai negatif dan kanan cenderung dimaknai positif. Secara etimoligi bahkan kiri menunjukkan kotoran dan kejelekan. Sedangkan kanan sebaliknya, yaitu adil, benar, dan tepat," lanjutnya.

Sashimie menceritakan masa-masa ketika ia duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Ia bersekolah di Sekolah Islam di daerah Blok S, Kebayoran Baru. Selain kidal, Sashimie juga cadel. Maka apa yang ia dapat selama di sekolah? Sashimie dirisak, mulai dari kepala sekolah, beberapa guru, teman, hingga pesuruh sekolah.

Hal seperti itu mungkin sukar diceritakan kepada orang lain. Entah karena takut atau bingung memulainya. Perlakuan tidak menyenangkan semacam itu bahkan dialami hingga Sashimie masuk Sekolah Dasar. Efeknya, tentu saja berdampak pada nilai akademis yang kian memburuk.

Seiring berjalannnya waktu Sashimie menyadari bahwa "Dunia ini luas sekali dan orang yang menggunakan tangan kiri bukanlah seorang monster pembawa wabah penyakit," katanya. Dan itu disadarinya ketika sudah masuk Sekolah Menengah Pertama.

"Di tempat ini saya baru percaya bahwa manusia kidal itu memang ada dan saya bukan orang aneh, saya manusia normal bertemu. Beberapa teman sekelas saya kidal juga, mereka membela ketika orang-orang menghina, melecehkan, dan mem-bully saya," tulisnya dalam tulisan "Apa yang Salah dengan Kidal?"

***

Dalam Journal of Clinical and Experimental Neuropsychology volume 35, tahun 2013, orang kidal rata-rata menunjukkan otak kanan yang lebih berkembang, khususnya dalam memproses penalaran spasial dan kemampuan memutar representasi mental dari objek.

"Kondisi ini menunjukkan bahwa beberapa orang kidal memiliki peningkatan konektivitas antara kedua belahan otak dan menjadi lebih unggul dalam memproses infomasi," tulis laporan penelitan tersebut.

Namun, ada penelitian terbaru menjelaskan bahwa tidak selamanya orang yang menggunakan bagian tubuh sebelah kanan itu tidak kidal.

Dr. Silvia Paracchini dari Universitas St Andrews di Skotlandia menguji hal tersebut dengan tes pegboard sederhana (jenis tes yang biasa digunakan untuk menguji ketangkasan manual) untuk mengukur berapa waktu yang dibutuhkan seseorang untuk memindahkan 10 pasak di papan.

Hasilnya, semakin tinggi nilai PegQ, semakin cenderung orang tersebut bertangan kanan. Sementara itu, PegQ negatif membuat seseorang lebih kidal.

Dalam hal ini, orang tua dapat membantu anak kidal lebih merasa diterima di lingkungannya. Salah satu caranya adalah dengan lebih peka melihat reaksi anak ketika orang tua meminta mereka menggunakan bagian tubuh sebelah kanan.

"Kalau si anak melakukan protes menolak petunjuk-petunjuk orang tua dan menjadi terganggu secara emosional berarti kekidalannya sangat kuat," tulis Nissaull Khusna, dalam "Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua Jika Anak Cenderung Kidal?"

Dalam tulisan tersebut Nissaull Khusna menganjurkan, jika orang tua berminat untuk mencoba mengubah kecenderungan anaknya untuk menggunakan tangan kiri ini, sebaiknya lakukan ketika anak masih berusia di bawah 6 tahun.

Itupun dengan syarat, yaitu perubahan dilakukan bertahap. Orang tua bisa mengajak atau melatihnya untuk menggunakan tangan/bagian tubuh kanan, tetapi tak boleh memaksanya. Pemaksaan terhadap anak bisa berdampak lebih buruk dan menimbulkan masalah-masalah psikologis.

"Misalnya rasa takut gagal, cemas, karena stres yang berkepanjangan yang akhirnya membentuk konsep diri yang negatif pada anak," tulis Nissaull Khusna kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun