Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Fragmen-fragmen Tragedi Mei 1998 dalam Cerita (1)

21 Mei 2018   10:32 Diperbarui: 13 Mei 2020   10:45 6532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR. (Foto: Arbain Rambey)

Dalam keterangannya kepada wartawan di RS PMI, Bogor, kemarin, Kepala Kepolisian Wilayah Kolonel (Pol) Abubakar mengatakan, sekitar sembilan mahasiswa diperiksa tim penyidik.

Menurut Abubakar, Sabtu siang sekitar 150 mahasiswa Unida Ciawi yang ingin melakukan aksi jalan kaki ke luar kampus dicegah aparat keamanan. Sempat terjadi pelemparan batu terhadap aparat.

Sekitar pukul 15.00, Kapten Ali, yang berpakaian preman akan sholat Ashar bersama mahasiswa Unida di mesjid dekat kampus. Namun, mahasiswa Unida mengenalinya sebagai petugas, lalu dibawa ke luar mesjid, dipukuli, ditendangi beramai-ramai, dan dilempari batu.

Letda Dadang yang ada di dekat mesjid memerintahkan anak buahnya untuk "mengatasi" pengeroyokan itu. Namun, sesaat kemudian, seorang mahasiswa menghajar kepalanya dengan batu. Ia tersungkur dan pingsan, kemudian dibawa ke RS Ciawi dan selanjutnya dipindahkan di RS PMI Bogor. Pukul 16.00, Letda Dadang meninggal dunia.

Aparat keamanan lalu menyerbu masuk kampus untuk mengamankan petugas yang dikeroyok mahasiswa.

***

Ciawi, 10 Mei 1998

Sekitar pukul 1 malam Emon Wahyudi ditangkap beserta 2 mahasiswa lainnya; TB. Ade Imanudin dan Saefullah dari Fisip, Unida.

Dari kontrakan tempat Emon tinggal itu ditemukan sebuh kotak yang berisikan spanduk, bendera dan pamflet. Sedakan kedua lainnya ditangkap karena STTB-nya tertinggal di kontrakan Emon.

Selama perjalanan dari kontrakan menuju Polsek Ciawi, Emon ditendang dengan sepatu ke jalan tol. Selama itu juga mereka diminta mengaku karena telah membunuh. Pilihan yang diberikan pihak kepolisian hanya dua: mengaku membunuh atau badan hancur.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun