Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Kiat Sukses Membuat Kontroversi dalam Karya Fiksi

9 April 2018   16:05 Diperbarui: 19 Juli 2018   21:53 3563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pexel.com)

Sebermula ia adalah guru kelas satu kelas menengah atas. Bertahun-tahun di ruang kelas mengajar Bahasa Inggris. Ia bosan, ingin mencari "yang lebih". Ia lantas pergi ke Los Angeles, Amerika Serikat, untuk menjadi komposer lagu. Satu di antara banyak bidang yang ia pahami. Delapan tahun setelah itu, ia kembali beralih profesi: menjadi penulis!

Tiga buku pertamanya disambut baik oleh para pembaca dan kritikus. Ia dianggap mampu mencerita setara detail dan bisa menyajikan fakta-fakta secara gamblang dalam ceritanya. Singkatnya, kemampuan mengolah data dan riset sangat baik, juga serius.

Yang kurang dari semua itu, meski dipercaya oleh kritikus, hasil penjualannya tidak berbanding lurus. Beberapa bulan pertama setelah bukunya terbit hanya mencapai angka beberapa ribu kopi. Ia tahu, saat di mana buku itu terbit adalah celah sukses-atau-gagal sebuah novel mendapat perhatian. Ketiga buku pertamanya, bagi ia sendiri, gagal.

Kala itu ia sedang di Grand Gallery Louvre, Paris, melakukan riset untuk buku keempat dan kelimanya. Kedua buku tersebut adalah pertaruhan akhirnya. Jika masih gagal, maka mau tidak mau, ia akan mencari penerbit baru atau kembali alih profesi (yang terburuk: kembali ke ruang-ruang kelas, mengajar).

Meski didanai oleh penerbit untuk melakukan riset, ia beranggapan itu adalah beban. Uangnya tidak sedikit: 400.000 dollar. Itu adalah cek pertama terbesar yang ia terima selama menjadi penulis. Maka jalan yang ia ambil: membuat kontroversi dengan buku karya sendiri.

Ia melakukan itu dengan sadar, dengan penuh kesadaran malahan. Dalam bayangannya, novel terbarunya itu mesti mendapat perhatian besar oleh banyak orang. Ia ingin memecah misteri seputar kode-kode lukisan maha-agung, serta petunjuk tersembunyi dalam agama Kristen. Ia percaya, setelah selesai bukunya akan mendapat sambutan yang luar biasa dari banyak orang.

Berbulan-bulan melakukan riset, mewawancara narasumber, dan mendatangi perpustakaan mencari bahan tambahan pun rela ia lakukan.

Hasilnya, enam tahun setelahnya ia serahkan kerangka panjang novelnya termasuk detail setiap karakter kepada penerbit setelal 200 halaman. Sangat rinci. Ia tak ingin menyisakan sedikitpun ruang untuk adanya keraguan dan distraksi.

Buku itu ia berijudul "The Da Vinci Code". Beberapa tahun setelahnya ia benar-benar berhasil dengan bukunya. Buku tersebut laku hingga 200 juta kopi di seluruh dunia dan telah dialihbahasakan menjadi 56 bahasa berbeda. Setiap kali diundang sebagai pembicara, ia sudah seperti rock star. Orang-orang rela antre panjang menyambut kedatangannya, berteriak histeris. Mau berlama-lama demi mendapat tanda tangan di bukunya. Bahkan musisi sekelas Steven Tyler mau duduk manis mendengarkan ucapannya. Ia adalah Dan Brown.

***

Tentu banyak penulis yang mempunya karya sefenomenal Dan Brown. Paling tidak pasti ada satu karya masterpiece-nya. Tapi, rasa-rasa tidak banyak penulis yang dengan sengaja membuat kontroversi terhadap karyanya sendiri. Karena tidak hanya menjadi fenomenal, melainkan kontroversial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun