Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

7 Kegundahan Warga Terkait Pencabutan Subsidi Listrik

1 Januari 2016   10:56 Diperbarui: 1 Januari 2016   11:15 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="KOMPAS.com / MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Sari (38) menemani putranya Muhammad Ridho (15) dan keponakannya, Rotiah (5) belajar dalam gelap karena kediamannya tak memiliki aliran listrik. Ironisnya, kediaman Sari hanya berjarak sekitar 100 meter dari Kantor Bupati Cirebon."][/caption]Rencana pencabutan subsidi listrik untuk pelanggan rumah tangga berdaya 450 VA dan 900 VA menimbulkan beragam respons masyarakat. Bagi masyarakat yang berstatus sebagai karyawan dengan gaji pas-pasan, rencana ini membuat kelimpungan karena pusing bagaimana cara mengalokasikan pengeluaran rumah tangga agar tidak bocor.

Hal ini pula semakin kompleks tatkala disandingkan dengan kondisi masyarakat di daerah yang mungkin baru saja mengecap rasanya seberkas sinar lampu neon dan listrik. Beragam respons masyarakat pun mencuat, demikian pula dengan Kompasianer melalui ragam opini maupun reportasenya. Berikut ini tujuh ulasan Kompasianer mengenai rencana pencabutan subsidi listrik yang dipilih dari artikel-artikel dalam topik pilihan Subsidi Listrik Dicabut.

1. Sesat Pikir Subsidi

Subsidi bukan "barang haram", demikian ungkap Faisal Basri. Karena tujuan subsidi sejatinya untuk membantu kelompok masyarakat tak mampu atau lemah. Namun, yang perlu dicatat adalah, sebagian besar jenis subsidi di Indonesia salah sasaran, karena bentuknya adalah "subsidi komoditas", bukan subsidi orang.

Sejalan dengan meningkatnya jenis "subsidi orang", sudah saatnya subsidi komoditi diturunkan bertahap. Pemerintah membuat target penurunan porsi subsidi komoditi secara bertahap hingga tingkat yang bisa ditoleransikan. Ia berharap dengan begitu jumlah penduduk miskin diharapkan turun jauh lebih cepat. Dan, tentu saja subsidi orang lebih adil.

2. Jangan Cabut Subsidi Listrik

Terkait recana pencabutan subsidi listrik yang telah menjadi wacana, Yon Bayu mengungkapkan setuju dengan penghematan dan pengalihan anggaran dari yang tidak produktif menjadi produktif. Namun, ia berharap pemerintah juga harus mencari cara yang lebih berkeadilan. 

[caption caption="Ilustrasi: KOMPAS/HERU SRI KUMORO "]

[/caption]Keberpihakan negara kepada rakyat kecil juga harus dikedepankan karena listrik berkaitan langsung dengan masyarakat paling bawah. Negara harus hadir dan bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh rakyat. 

3. Subsidi Listrik Dicabut? Brilian!

Inilah hebatnya masyarakat Kalimantan. Mereka begitu sabar meskipun pemerintah pusat bersikap berat sebelah karena lebih memprioritaskan pembangunan di Pulau Jawa. Menurut Puja Mandela sebagai warga yang berdomisili di Kalimantan, sebelum memberlakukan kebijakan pencabutan subsidi listrik, PLN sebaiknya terlebih dahulu meningkatkan pelayanan PLN di Pulau Kalimantan. Apalagi selama ini kualitas pelayanan PLN di Kalimantan masih jauh dari sempurna. “Di daerah saya, padam listrik itu sudah jadi tradisi. Pemadaman listrik tiga kali sehari itu sudah sangat biasa di sini,” ungkap Puja.   

4. Pencabutan Subsidi Listrik dan THR Aparat Negara

Aldy M Aripin mengasosiasikan antara pencabutan subsidi listrik dengan kebijakan pemerintah dan DPR dalam memberikan Tunjangan Hari Raya kepada PNS. Ia menilai bahwa ini (THR) bukan kebijakan yang salah, bahkan layak didukung. Tetapi hendaknya pemerintah mengkaji kembali apakah mereka yang masuk kategori golongan mampu seperti pejabat negara bahkan presiden masih harus dapat tunjangan hari raya.

Jika kebijakan subsidi listrik pemerintah dan DPR mampu berhitung dengan cermat dan cepat, dengan melakukan klasifikasi pantas dan tidak untuk mendapatkan subsidi listrik, mengapa untuk urusan THR pemerintah dan DPR tidak bisa melakukannya? 

5. Selamatkan Pelanggan PLN 450 VA! (Cara Mudah Membedakan Pelanggan Kaya-Miskin)

Bercampur kesal, Anna Melody menyatakan ungkapan yang tegas. Menurutnya, meski tidak langsung jatuh miskin dan meninggal karena listrik dicabut, tetapi jelas ini kebijakan yang membebani rakyat miskin dan ngawur.

[caption caption="TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA"]

[/caption]Ia mempertanyakan di mana letak parameter bahwa masyarakat yang menggunakan listrik 450 VA  adalah orang kaya? Kemudian ia mempertanyakan, dengan 450 VA itu dapat apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun