Apa yang membuat tren penggunaan tagar Kabur Aja Dulu makin sering diperbincangkan di media sosial? Apakah karena kesempatan bekerja dan/atau berkarier di Indonesia makin sulit? Atau, ada alasan lainnya?
Tren Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu makin ramai digunakan di media sosial dan menjadi pemberitaan beberapa waktu terakhir.
Umumnya mereka yang menggaungkan tagar ini untuk meninggalkan Indonesia demi bekerja atau melanjutkan studi di luar negeri.
Tidak hanya sampai di sana, dalam membincang tagar Kabur Aja Dulu justru berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, les bahasa, serta pengalaman berkarier dan kisah hidup di luar negeri.
Akan tetapi, jika melihat secara keseluruhan perbincangan netizen merupakan ekspresi kemarahan, keputusasaan, dan protes.
Lebih jauh lagi ada yang mempertanyakan rasa nasionalisme seseorang. Namun, benarkan sampai menghilangkan jiwa nasionalisme ketika tinggal di luar negeri?
Bagaimana tanggapan Kompasianer mengenai ramainya penggunaan tagar Kabur Aja Dulu? Apakah dengan ini makin banyak orang yang terpicu untuk mengambil kesempatan bekerja di luar negeri?
Pun, bagi Kompasianer diaspora, apa yang mesti disiapkan untuk bisa berkarier ke luar negeri? Kalau ada yang ingin berangkat, kira-kira butuh berapa lama sebelum kita menyiapkan semua?
Selain itu adakah risiko-risiko yang bisa Kompasianer ceritakan ketika sudah tinggal dan menetap di luar negeri --yang mana berbeda dengan Indonesia? Silakan tambah label Kabur Aja Dulu (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI