Kompasianer, tahu cerita tentang murid di Cilacap yang menendang temannya? Peristiwa murid menganiaya sesama murid memang sering kita dengar (meski tak bisa dimaklumi juga). Tapi sudahkah kamu tahu tentang siswa yang menganiaya guru menggunakan celurit hingga bersimbah darah? Kok bisa ya?
Selama ini, penghakiman publik selalu berhenti pada siapa pelaku dan korban. Tapi pernahkah kita peduli dengan sebab di baliknya? Siapa yang selama ini bertanggung jawab atas pengendalian emosi remaja? Tugas orang tua kah ataukah sekolah, yang wajib mengajarkan norma dan mengolah mental?
Setujukah Kompasianer bahwa tugas mendidik sepenuhnya diberikan kepada guru/sekolah. Duh, kalau begitu, tugas guru makin berat saja karena harus bertaruh nyawa menghadapi murid yang kian beringas!
Padahal guru di era kini sudah lebih berhati-hati memperlakukan anak didik. Tidak memberikan hukuman fisik, menata tutur kata, sampai mengedepankan bimbingan konseling daripada menggunakan kekerasan.
Kalau ada siswa atau wali murid yang tersinggung dengan tindakan guru, Sang Guru pun siap-siap kena batunya. Masih ingat kan dengan guru yang jadi buta karena diketapel orang tua lantaran tak terima anaknya ditegur karena merokok?
Tapi bukankah mendidik anak murid tak hanya tugas guru semata? Bagaimana seharusnya orang tua berperan dalam mengontrol serta memantau perkembangan diri siswa? Bagaimana pula lingkungan di sekitar kita memberi contoh serta mendorong siswa berperilaku positif?
Bagaimana usulanmu guna menekan angka kriminalitas oleh anak/remaja? Hukuman apa yang pantas dan bisa membuat pelaku jera? Kamu bisa menulis dari sudut pandang keluarga, guru, maupun masyarakat. Mau curhat? Boleh juga lho.
Sampaikan di Kompasiana dengan menambahkan label Kekerasan oleh Siswa pada setiap konten yang kamu buat.