Kompasianer, apakah kamu mencoba ChatGPT dan AI chatbot sejenis lainnya? Apa tujuanmu menggunakan layanan tersebut? Apakah untuk mengerjakan tugas, sekadar iseng, atau membantu aktivitas sehari-hari?
Bagi Kompasianer yang menggunakan AI untuk mengerjakan tugas, tahukah kamu bahwa sesungguhnya jawaban AI chatbot seperti ChatGPT itu belum tentu benar? Oleh karena itu, baiknya kita tak menyalinnya mentah-mentah.
Sebaliknya, dibutuhkan keterampilan kita untuk mengolah informasi yang diberikan. Selain itu, kita juga perlu meramu informasi tersebut dengan pikiran orisinal sendiri sehingga terjadi proses "self development".
Kompasianer, setelah memahami fenomena AI (salah satunya ChatGPT) bersama Veronika Gultom melalui Topik Pilihan Kolaborasi, bagaimana kalau sekarang kita mencoba mempraktikkan secara bertanggung jawab penggunaan ChatGPT atau chatbot AI lainnya!
Penggunaan yang diharapkan adalah dengan pemanfaatan ChatGPT/AI lainnya sebagai alat bantu mendapatkan referensi, inspirasi, dan memudahkan proses pembelajaran. Kemudian dikemas jadi artikel baru hasil pikiran kita sendiri.
Pada bagian bawah konten, sertakan disclaimer bertuliskan: Artikel ini dibuat baru dengan memanfaatkan/mengolah hasil referensi yang ditampilkan oleh ChatGPT (atau bisa juga sebutkan chatbot AI lainnya).
Untuk alasan etika, hindari melakukan salin tempel hasil chat dan atau menayangkan konten salin tempel seakan-akan konten tersebut murni karya Kompasianer sendiri.
Tayangkan konten eksperimen itu di Kompasiana. Tambahkan label Uji Coba ChatGPT (dengan spasi) pada setiap konten yang Kompasianer buat. Jangan lupa masukkan kontenmu ke subkategori New World: Artificial Intelligence.
**Kompasiana mendukung pembuatan konten secara bijak, dengan mengedepankan orisinalitas dan tanggung jawab. Uji coba ini merupakan respons terhadap penggunaan AI yang kian jamak dan niscaya, sehingga dibutuhkan pengenalan cara pengaplikasian mengedepankan etika.