Kalung antivirus corona buatan Kementerian Pertanian (Kementan) belakangan menjadi perbincangan netizen dan menuai kontroversi. Dekan FKUI Ari Fahrial Syam memberi opini, diperlukan riset panjang sebelum memastikan kalung tersebut dapat menangkal virus corona.
Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, MSi., Kepala Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat yang terlibat dalam penelitian produk ini, memberi klarifikasi. Menggunakan kalung ini, tidak lantas membuat coronavirus hilang. Eucalyptus dalam kalung berkhasiat melegakan pernapasan, mengencerkan dahak, anti-inflamasi, dan meningkatkan imunitas.
Selain mencegah pembengkakan paru-paru, Evi mengatakan virus corona dapat bertahan di rongga mulut dan hidup selama 1-2 mingu. "Nah ... selagi dia masih di rongga hidung dan belum masuk paru-paru, di situlah waktu kita bisa mencegah virus agar tidak turun."
Selain eucalyptus, selama tiga bulan belakangan ini bermunculan pula usulan alternatif pengobatan dari bahan alami. Kina, madu, jahe merah, jamu, dan lainnya. Di Indonesia, sebagian dari masyarakat percaya bahwa pengobatan alternatif adalah jalan keluar. Tetapi banyak pula yang mempertanyakan pertimbangan medisnya.
Kompasianer, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu mempercayai metode pengobatan dari tanaman obat? Ataukah kamu lebih suka menggunakan pengobatan alternatif dan medis secara bersamaan?
Bagikan opini dan pengalaman kamu. Bagikan ceritanya di Kompasiana baik melalui tulisan maupun video dengan menyertakan label Pengobatan Alternatif Covid (menggunakan spasi) pada tiap kontennya.