Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Pendapat Tentang Penyelenggaraan Ujian Nasional

19 April 2016   10:35 Diperbarui: 4 April 2017   16:24 7972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Seorang siswi tengah menjalani Ujian Nasional. Kompas/Adrian Fajriansyah"][/caption]Ujian Nasional yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi momok menakutkan, kini disambut tanpa kegaduhan. Pasalnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan sejak 2015 lalu memutuskan UN tidak lagi menjadi sepenuhnya penentu kelulusan siswa.

Tolok ukur untuk lulus atau tidaknya seorang siswa dalam jenjang pendidikan kini ditentukan sendiri oleh pihak sekolah yaitu dengan menggabungkan nilai Ujian Nasional, Ujian Sekolah, serta atribut-atribut lainnya.

Namun bukan berarti dengan begitu siswa bisa menyepelekan Ujian Nasional meski saat ini UN hanya menjadi cermin untuk melihat kemampuan siswa setelah tiga atau enam tahun dalam jenjang pendidikan.

Tentu saja setiap tahunnya, UN menjadi satu topik yang hangat untuk diperbincangkan. Banyak sekali pandangan-pandangan dan anggapan mengenai ujian ini. Ada pihak yang pro pada penyelenggaraan UN dan tidak sedikit juga yang kontra. Kompasianer juga tentu memiliki opininya masing-masing dan berikut ini adalah pendapat Kompasianer tentang penyelenggaraan Ujian Nasional.

1. UN, Antara Prestasi dan Integritas

Ujian Nasional kali ini hanya dimaksudkan untuk beberapa hal yaitu pemetaan mutu pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya serta menjadi ukuran dalam pemberian bantuan kepada satuan pendidikan.

Memang, kali ini UN tidak semenakutkan tahun-tahun sebelumnya. Amirudin Mahmud dalam ulasannya mengatakan, Ujian Nasional sudah sepatutnya bisa dijalankan dengan baik dan berkualitas.

Rencana pemerintah yang akan mengeluarkan indeks integritas juga patut mendapatkan apresiasi. Menurut Amir, indeks ini dapat mengukur sehauh mana tingkat kecurangan yang terjadi dalam satu sekolah.

Misalnya ketika indeks integritas satu sekolah rendah juga dengan nilai rata-rata rendah, maka instansi tersebut patut dipertanyakan. Bisa jadi sekolah tersebut menggunakan kunci jawaban Ujian Nasional. Tapi jika angka indeks integritasnya tinggi meskipun nilai rata-ratanya rendah, maka kemungkinan siswa di sekolah tersebut menjalani UN dengan jujur.

UN bukan untuk lulus 100 persen tapi lakukanlah dengan kejujuran 100 persen. Karena UN tidak lagi menjadi syarat tunggal untuk kelulusan.

2. Ujian Nasional dan Revolusi Mental Pendidikan

[caption caption="Ujian Nasional kini tidak lagi jadi tolok ukur tunggal kelulusan. Sumber: Ujiannasional.org"]

[/caption]Senada dengan artikel sebelumnya. Idris Apandi juga menyoroti tentang Ujian Nasional yang tidak lagi menjadi tolok ukur penentu kelulusan siswa. Memang dengan begitu, UN bisa dimanfaatkan sebagai alat ukur lain seperti untuk pertimbangan seleksi jenjang pendidikan berikutnya atau untuk pemetaaan pencapaian standar pendidikan satu wilayah.

Idris juga melihat ada atmosfer yang berbeda pada Ujian Nasional tahun ini dan sebelumnya. Ia menilai UN tidak lagi membuat siswa mejadi begitu stres. Siswa terlihat lebih enjoy dan relatif tidak menimbulkan keresahan di kalangan peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun