Bila penanganan gawat darurat yang tepat diberikan, pasien sengatan V affinis pun bisa tetap hidup.
Baca juga: Jangan Anggap Negatif, Tawon Juga Berperan Penting untuk Lingkungan
Ilmu toksinologi yang langka di Indonesia
Sayangnya, efek-efek di atas baru terlihat setelah dua hingga tiga hari disengat sehingga para petugas medis yang belum terlatih untuk menangani kasus sengatan tawon akan melewatkannya. Pasien V affinis pun sering kali hanya diberi obat rawat jalan dan kemudian disuruh pulang tanpa penanganan lebih lanjut
Tri berkata bahwa ilmu toksinologi memang masih terabaikan di Indonesia. Pada saat ini, ahli toksinologi di Indonesia hanya dirinya saja.
Hal tersebut semakin terbukti ketika Tri yang juga penasihat kasus gigitan ular untuk Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus serangan V affinis ke tingkat Asia.
“Vespa affinis ini kalau di luar negeri, gigitannya jarang yang sampai begitu banyak. Paling satu tahun itu hanya menggigit dua atau tiga orang dan yang meninggal hanya satu. Jarang ada yang seperti kita ini, dalam beberapa bulan meninggal tujuh orang,” ujar Tri.
Oleh karena itu, Tri pun berpendapat bahwa seharusnya serangan tawon V affinis ini sudah termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB).
Selain itu, serangan kali ini juga harus menjadi panggilan agar pemerintah Indonesia lebih serius dalam mendukung penelitian terhadap racun dan antivenom. Secara khusus, Tri mengusulkan untuk menciptakan program nasional dalam penanganan kasus-kasus semacam ini.
Baca juga: Gara-gara Buah Busuk, Inggris Diserang Tawon Mabuk
Pasalnya, Indonesia memiliki kondisi geografis dan kekayaan hayati yang unik. Selain tawon dan ular, Indonesia juga memiliki banyak hewan lain yang beracun, misalnya belalang, ulat bulu, dan ubur-ubur. Hewan-hewan ini belum tentu sama dengan yang di luar negeri sehingga antivenomnya pun bisa jadi berbeda.