Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Krisis Kredibilitas Sains, Banyak Penelitian Tak Dapat Dipercaya

20 Oktober 2018   11:32 Diperbarui: 20 Oktober 2018   12:08 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IlustrasiOleh Rizky Amelia Zein

KOMPAS.com - Di luar masalah anggaran, dampak riset yang belum signifikan, dan buruknya pengelolaan data riset di Indonesia, keengganan peneliti menyediakan akses terbuka pada data dan material studinya juga membuat sains jalan di tempat.

Manipulasi metode statistik juga dapat menghasilkan temuan riset yang tidak kredibel. Manipulasi ini dapat disebabkan kecurangan peneliti atau adanya konflik kepentingan periset dengan sumber dana dari industri yang hanya mau dengan hasil positif untuk mendukung pemasaran produk.

Kegelisahan ini dirasakan oleh beberapa peneliti yang tergabung dalam gerakan sosial #OpenScience (Sains Terbuka).

Saya mengurai masalah tersebut dengan argumentasi yang terinsipirasi dari artikel legendaris yang ditulis oleh Profesor Biostatistik dari Stanford University John Ioannidis, “Why Most Research Findings are False.”

Krisis kredibilitas sains

Keengganan mengungkap prosedur penelitian menyebabkan krisis kredibilitas dalam sains. Contohnya, pada 2011, Daryl Bem, ahli parapsikologi dari Cornell University menerbitkan temuan penelitiannya yang sangat bombastis mengenai fenomena cenayang (precognition) di jurnal amat bergengsi, Journal of Personality and Social Psychology, terbitan American Psychological Association (APA).

Bem melakukan 9 eksperimen, 8 diantaranya signifikan (nilai p<0.05) membuktikan bahwa manusia punya kemampuan memprediksi masa depan.

Baca juga: Di Balik Tsunami Palu, Kontroversi Ahli Asing dan Pemerintah Mencuat

Peneliti lain yang penasaran mencoba melakukan replikasi atas penelitian Bem gagal mendapatkan hasil yang signifikan, tak seperti yang diklaim Bem, meskipun sudah mengikuti secara teliti prosedur yang Bem tulis dalam artikelnya. Entah apa yang Bem lakukan sampai mendapatkan hasil yang mencengangkan tersebut.

Kasus lainnya terkait dengan riset obat-obatan. Penelitian meta-analisis mengenai efektivitas obat Anti-Depresan bernama Fluoxetine (Prozac) menghasilkan kesimpulan bahwa efek Prozac cenderung plasebo, sehingga tak ada manfaatnya sama sekali. Padahal obat tersebut sangat laris–pada 2005 saja total penjualan Prozac mencapai US$22 miliar di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun