Dedi mengatakan, belajar dari orang Arab, China dan Jepang, mereka di manapun berada memahami dan menguasai budaya leluhurnya. Mereka memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi terhadap budayanya sendiri. Bahkan produk-produk China dan Jepang rata-rata menggunakan bahasa mereka sendiri.
"Selama ini problem kita ini adalah bahwa negara kita kaya, tetapi hanya senang pada materi kekayaannya. Tapi materi kebudayaannya kita tidak pernah peduli," katanya.
"Di Papua kita hanya mau ambil emas dan pajak, tetapi melindungi sukunya kita agak lemah. Di berbagai daerah juga sama," lanjut Dedi.
Baca juga: Prabowo Tak Sepakat Debat Capres Pakai Bahasa Inggris
Dedi juga menilai, ada logika yang salah bahwa berbicara bahasa Inggris bisa meningkatkan kewibawaan dan menunjukkan kepintaran. Menurutnya, logika itu menyesatkan.
"Soal kewibawaan di mata internasional, 32 tahun Pak Harto (mantan Presiden Soeharto) memimpin tidak pernah menggunakan bahasa Inggris tetapi tidak kehilangan kewibawaan," katanya.
"Tidak selalu orang yang bisa Bahasa Inggris itu pintar. Di Inggris, orang tidak naik kelas tetap bisa bahasa Inggris," lanjut Dedi lantas tertawa.