Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Hari Olahraga Nasional dan Introspeksi SEA Games 2017

9 September 2017   07:14 Diperbarui: 9 September 2017   07:39 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atlet Indonesia Agus Prayogo menunjukkan catatan waktunya usai memenangkan nomor lari 10.000 meter putra SEA Games XXIX Kuala Lumpur di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (25/8/2017) malam. Agus berhasil menyabet medali emas dengan catatan waktu 30 menit 22,26 detik.

Atlet Indonesia Agus Prayogo menunjukkan catatan waktunya usai memenangkan nomor lari 10.000 meter putra SEA Games XXIX Kuala Lumpur di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (25/8/2017) malam. Agus berhasil menyabet medali emas dengan catatan waktu 30 menit 22,26 detik.

TANGGAL 9 September adalah Hari Olahraga Nasional.  Banyak orang berharap prestasi nasional di bidang olahraga meningkat terus dari waktu ke waktu. 

Harapan ini agaknya jauh dari kenyataan melihat hasil yang diperoleh tim nasional Indonesia di SEA Games Kuala Lumpur baru-baru ini. Indonesia hanya mampu menempati posisi kelima perolehan medali di bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura.

Dengan catatan prestasi yang jauh dari harapan, kita sebenarnya menanti sosok yang sporif. Sosok yang tidak hanya meminta maaf, tapi berani mengatakan bahwa ia bertanggungjawab dan berjanji melakukan perbaikan agar prestasi yang tidak menggembirakan ini tak terulang kembali. 

Kebiasaan yang selama ini diperlihatkan adalah justru tampilnya pernyataan-pernyataan yang lagi-lagi menyebut “kambing hitam” sebagai penyebab utama. 

Tentu saja benar bahwa tidak ada gunanya lagi mencari siapa yang bersalah. Salah satu jiwa olahraga adalah sportivitas. Oleh karena itu, ke depan kita membutuhkan para pengelola olahraga yang berkepribadian sportif. 

Apakah pengelolaan olahraga di negeri ini sungguh sudah sportif? 

Beberapa kejadian berikut ini bisa menjadi cermin. Salah satunya adalah berita soal Sekjen Komite Olimpiade Indonesia yang menjadi tersangka kasus korupsi sosialisasi Asian Games 2018. Dunia olahraga kita belum bebas dari korupsi.

Baca:Sekjen KOI Tersangka Korupsi, Reputasi Indonesia Jadi Taruhan 
Baca juga: Pengakuan Sekjen KOI soal Kasus Korupsi Sosialisasi Asian Games 2018

Di pihak lain kita juga mendengar kabar soal para atlet yang belum menerima uang saku dan akomodasi. Kabar-kabar ini membuat kita ragu mengenai pengelolaan olahraga di negeri ini. 

Baca: Atlet Belum Dapat Uang Akomodasi, Kemenpora Minta Maaf

Dari pengamatan menyeluruh selama lebih kurang 10 -15 tahun terakhir, ada indikasi masalah mendasar dalam pengelolaan olahraga. Tak heran jika prestasi yang kita capai tidak membanggakan.

Masalah itu kemungkinan menjalar mulai dari fasilitas yang tersedia untuk berolahraga hingga metode pembinaan pada setiap cabang. Pemerintah perlu memberi perhatian.   

Di sisi lain faktor pengelolaan pada manajemen di tingkat nasional akan sangat menentukan keberhasilan pembinaan para olahragawan dalam konteks peningkatan prestasi.

Lifter Indonesia, Deni, sedang beraksi di kelas 69 kilogram pada SEA Games 2017. Deni mendapat medali emas pada pertandingan yang berlangsung di MItec Hall 3, Selasa (29/8/2017).

Sampai di sini kemungkinan besar harus ada sebuah kajian yang matang mengenai pola organisasi pembinaan olahraga nasional dibangun.  Sampai saat ini masyarakat banyak yang kurang mengenal dengan baik organisasi olahraga di tingkat pusat.   

Ada KONI ada KOI dan ada pula yang bernama Satlak Prima. Masyarakat juga tidak paham bagaimana koordinasi lembaga-lembaga itu dengan kementerian terkait.   

Pemahaman masyarakat penting. Tanpa keikutsertaan masyarakat pencinta olahraga, kiranya akan sulit prestasi secara nasional apalagi internasional dapat diraih.   

Apabila organisasi olahraga di tingkat nasional yang berurusan dengan pembinaan prestasi olahraga dapat disederhanakan, maka kemungkinan besar kegiatan di lapangan akan menjadi lebih lancar.   

Banyaknya organisasi berimplikasi pada pendanaan yang dibutuhkan untuk pembinaan termasuk melengkapi segala infrastruktur yang dibutuhkan. Kita tahu, ada banyak persoalan terkait pembinaan dan infrastruktur. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah introspeksi terhadap pola organisasi yang ada. 

Hasil di SEA Games adalah sebuah pelajaran mahal yang harus dimaknai dengan cermat bila memang kita menghendaki perbaikan total terhadap prestasi para atlet kita.   

Kemampuan yang dimiliki atlet kita tidak usah diragukan lagi. Mereka membuktikan dirinya tetap mampu meraih medali emas tanpa berbekal uang saku yang seharusnya menjadi hak dan kebutuhan mereka.  

Para pengelola olahraga adalah tempat masyarakat bertanya kini, mengapa dengan sekian banyak organisasi yang ada, prestasi olahraga justru menurun.   

Sudah bukan saatnya lagi mencari kesalahan di tempat lain atau di orang lain.   Yang perlu dilakukan sekarang ini adalah pembenahan ke dalam untuk segera bangun dan bangkit lagi meraih prestasi.  

Olahraga adalah simbol dari tampilan para anak muda bangsa generasi penerus yang harus dibekali dengan sebuah kebanggaan dan kerja keras yang berlandas pada kejujuran dan sportivitas. 

Saya ingin mengakhiri uraian ini dengan kalimat berikut:

Show me the heroes that the youth of your country look up to, and I will tell you the future of your country.”  (Idowu Koyenikan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun