Tahun ini Indonesia merayakan hari kemerdekaannya ke-75. Meski di suasana pandemi Covid-19, semangat nasionalisme dan cinta tanah air dalam merayakan kemerdekaan RI ini tak selaiknya berkurang.
Salah satu cara merayakan Hari Merdeka adalah dengan berpuisi.
Dari puisi-puisi pujangga angkatan 45 pula semangat kemerdekaan berkobar dengan berbagai alirannya.
Empat tokoh utama yang dipandang pelopor Pujangga Angkatan 45 memiliki aliran yang sangat berbeda-beda sebut saja Chairil Anwar yang cenderung  individualis dan anarkis. Asrul Sani lebih bergaya aristokrat dan moralis sedangkan Idrus penuh dengan sinisme, berbeda dengan Rivai lebih terkesan nihilis.
Di sekolah-sekolah, baik pentas seni ataupun lomba baik lomba pembacaan puisi atau penulisan puisi selalu mewarnai perayaan HUT Kemerdekaan RI. Pekikan kata Merdeka juga memberikan inspirasi tak henti dalam merangkai kata sebentuk puisi.
Puisi kemerdekaan juga sering diidentikkan dengan deklamasi, apa benar demikian?.
Masihkah puisi kemerdekaan menarik bagi kaum gen Z dan gen alpha sebagai ekspresi merayakan hari kemerdekaan. Apakah semangat kemerdekaan masih tetap dapat berkobar saat membaca atau menulis puisi kemerdekaan?.
Menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-75 Kompasianer Palembang mengajak peminat dan penikmat puisi untuk mengikuti bincang dengan tema:
"Merdeka dalam Puisi: Inspirasi & Deklamasi"
Waktu Pelaksanaan :
Sabtu, 08 Agustus 2020
Pukul 19.00-20.30 WIB
Pemantik Diskusi :
Pringadi Abdi Surya (Best in Fiction Kompasiana 2019)
Dues K Arbain dan Elly Suryani (Moderator Komunitas Kompasianer Palembang)
Melalui Zoom meeting (link Zoom akan dibagikan melalui WA bagi yang mendaftar) 2 jam sebelum acara.